CNBC Indonesia Awards 2021

Widodo Makmur Perkasa, 100% Lestari

Tri Putra & Arif Gunawan, CNBC Indonesia
15 December 2021 09:45
IPO Widodo Makmur Perkasa
Foto: Dokumentasi WMP

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Widodo Makmur Perkasa Tbk (WMPP) resmi menyandang status perusahaan publik setelah mencatatkan saham (listing) di bursa pada Senin (6/12/2021). Berbeda dari perusahaan agroindustri lainnya, perseroan mengusung konsep ekonomi sirkular.

Induk perusahaan PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU) ini meraup dana sebesar Rp 707 miliar setelah melepas kurang lebih 4,14 miliar sahamnya, yang setara dengan 15% dari modal ditempatkan dan disetor pada harga Rp 160/unit.

Berdasarkan prospektus perseroan, sebesar 19% dari dana yang berhasil dihimpun dari publik akan digunakan untuk penambahan modal ke entitas anak dan 50,5% digunakan untuk memperkuat modal kerja perseroan.

Selanjutnya, 11,5% digunakan untuk membiayai pengembangan kerjasama operasi export yard, logistic dan rumah potong di Australia. Kurang lebih 19% lainnya digunakan untuk membiayai fasilitas peternakan terintegrasi dengan pertanian jagung di Sumatera, Sulawesi dan juga Papua.

Beberapa ekspansi itu di antaranya adalah rumah potong ayam (RPA) Subang dan RPA Ngawi, peternakan ayam pedaging (broiler) Subang dan Ngawi, peternakan pembibitan Wonosari, perluasan Hatchery Kwangen, dan ekspansi pabrik pakan ternak Ngawi.

Rencana pengembangan peternakan tersebut ditujukan untuk meningkatkan kapasitas produksi perseroan yang saat ini sudah mencapai ribuan ton untuk produksi karkas, daging sapi, dan makanan olahan.

Berdasarkan rencana penggunaan dana tersebut, WMPP punya komitmen jelas tidak hanya fokus pada penguatan modal kerja melainkan juga melakukan ekspansi bisnis. Menariknya, strategi ekspansi yang diterapkan mengedepankan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG).

Hal tersebut tercermin dari sistem integrated farming system (IFS) yang dijalankan, yang mengombinasikan antara peternakan, pertanian jagung, dan pengolahan limbahnya sebagai pupuk (biofertilizer) untuk pertanian jagung.

Sebenarnya konsep IFS ini bukanlah hal yang baru di kalangan masyarakat Indonesia mengingat modelnya sudah dikembangkan sejak tahun 2009 silam. Konsep ini merupakan bentuk implementasi prinsip ekonomi sirkular yang menargetkan posisi nir-limbah (zero waste).

Pertanian terintegrasi sendiri sudah diakui di dunia internasional atas kontribusinya dalam menjaga kelestarian lingkungan, salah satunya melalui traktat yang disusun International Organization of Biological Control (IOBC).

Namun, jarang sekali ada perusahaan agroindustri yang menjalankan metode IFS dalam skala besar dan mengembangkannya ke titik Widodo Makmur Perkasa, yakni sustainable farming di mana prinsip nirlimbah dibarengi dengan penggunaan listrik berbasis energi terbarukan.

Ya, berbeda dari perusahaan agroindustri umumnya, perusahaan yang didirikan oleh Tumiyana ini juga bergerak di sektor konstruksi dan energi, yang terutama berfokus pada pengadaan solar panel atau pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB).

Strategi nir-emisi (zero emission) ini ditempuh perseroan dengan melakukan instalasi panel surya sebesar 38 megawatt peak (MWp) untuk memasok 51% kebutuhan listriknya. Perseroan bersiap membangun PLTB untuk meningkatkan pasokan listrik EBT menjadi 75%, dan dalam 5 tahun ke depan ditargetkan mencapai 158 MWp di seluruh fasilitas produksinya.

Sementara itu, melalui fasilitas pengembangan limbah yang dimiliki perseroan, Widodo Makmur menargetkan dapat memproduksi lebih dari 21 ribu meter kubik biogas per hari ke depannya. Ekspansi sistem integrated farming tersebut ditargetkan rampung pada semester I-2022.

Sebagai perusahaan yang sudah beroperasi selama 25 tahun lebih, Widodo Makmur Perkasa membuktikan bahwa praktik peternakan berkelanjutan (sustainable farming) dapat diwujudkan di Indonesia, dan tidak berhenti dengan metode peternakan IFS semata.

Perseroan menjalankan peternakan unggas dan sapi yang terintegrasi dengan tanaman pemasok pangannya, termasuk pemrosesan daging, hingga pengolahan hasil ternak. Untuk menggerakkan mesin-mesinnya, konstruksi pembangkit listrik berbasis energi terbarukan dijalankan.

Saat ini, kelima unit bisnis tersebut telah memberikan kontribusi pendapatan positif bagi perusahaan, dengan porsi terbesar disumbangkan peternakan unggas (48%) dan sapi (31%), diikuti pengolahan daging (13%), hingga konstruksi EBT (2%). Artinya, unit bisnis konstruksi EBT perseroan tidak hanya memasok kebutuhan internal, melainkan juga eksternal.

Menerapkan sistem lestari bukan berarti profitabilitas terbebani. Widodo Makmur Perkasa tahun ini menargetkan laba bersih senilai Rp 401 miliar, melanjutkan tren positif yang telah diraih per Juni 2021 dengan laba bersih senilai Rp 126 miliar.

Di balik profitabilitas tersebut, perseroan menciptakan nilai tambah dari aspek sosial, di mana perseroan menaungi 50 peternak lokal untuk ikut berkembang. Dengan IPO yang memperkuat transparansi dan tata kelola perseroan, maka lengkap sudah kategori ESG terpenuhi.

Dengan melihat keunggulan sistem dan konsep bisnis perseroan yang menjalankan prinsip nirlimbah lestari (berkelanjutan), PT Widodo Makmur Perkasa Tbk dengan ini terpilih menjadi pemenang penghargaan The Best Green Sustainable Integrated Agro Industry 2021 di ajang CNBC Indonesia Awards 2021.

Untuk mencapai penilaian tersebut, Tim Riset CNBC Indonesia melakukan kajian dan analisis terhadap perusahaan agroindustri nasional, dan memutuskan bahwa perseroan menjadi nominee tunggal karena tidak ada perusahaan sejenis yang memenuhi kriteria lestari secara penuh.

Proses penilaian dilakukan pada November melalui riset kualitatif berbasis data sekunder dari publikasi resmi perseroan, PT Bursa Efek Indonesia (BEI), data pemerintah, serta media monitoring terhadap 20 media utama nasional.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular