Jakarta, CNBC Indonesia - Konsumsi rumah tangga menyumbang 53% ekonomi Indonesia. Namun, produsen barang konsumen tak lantas bermanja menggarap pasar lokal dan enggan mengembangkan sayap ke pasar internasional. PT Mayora Indah Tbk menjadi bukti nyata.
Indonesia sebagai negara berpopulasi terpadat keempat dunia yang dihuni lebih dari 270 juta penduduk memang menjadi pasar yang besar produsen barang konsumen yang perputarannya cepat (fast moving consumer goods/FMCG).
Bahkan, efek buruk pandemi Covid-19 cenderung bersifat sesaat terhadap industri tersebut, sebagaimana terpantau dari laporan hasil survei Kantar berjudul "Expenditure Survey, Indonesia Urban and Rural." Makanan segar dan FMCG menjadi dua produk yang bertumbuh tahun ini (per kuartal I-2021), manakala produk barang konsumen lain cenderung flat.
 Sumber: Kantar |
Tren pertumbuhan dari 2020 ke 2021 juga ditunjukkan oleh emiten barang konsumer PT Mayora Indah Tbk (MYOR). Tahun lalu, efek pandemi memang menekan kinerja perseroan, sebagaimana terlihat dari pelemahan pendapatan pada 2020 sebesar 2,2%.
Namun, laba bersih masih tumbuh positif, sebesar 2,3% berkat keberhasilan perseroan menjalankan efisiensi. Hal ini memicu penurunan beban usaha sebesar 4,3% dari Rp 4,7 triliun menjadi Rp 4,5 triliun, sementara beban pokok penjualan flat di kisaran Rp 17 triliun.
Tahun 2021 menjadi titik balik bagi perseroan. Hingga kuartal III tahun 2021, pendapatan emiten berkode MYOR ini tercatat tumbuh 13,1% secara tahunan (year on year/yoy), dari Rp 17,6 triliun (September 2020) menjadi Rp 19,9 triliun per September 2021.
Dalam kurun 10 tahun, top line Mayora konsisten di jalur positif. Jika dihitung dengan menggunakan pendekatan pertumbuhan rerata per tahun (compounded annual growth rate/CAGR), penjualan perseroan tumbuh 12,9% setiap tahunnya dalam 1 dekade ini.
Tantangan lain yang dihadapi oleh perusahaan yang bergerak di sektor konsumen saat pandemi adalah kenaikan harga komoditas. Seperti yang sudah diketahui bersama, komoditas energi dan pangan menjadi bahan baku (raw material) produk makanan dan minuman jadi.
Jika tidak diimbangi dengan peningkatan volume dan harga jual, maka margin laba akan tergerus akibat kenaikan biaya untuk memperoleh bahan baku. Oleh sebab itu, volatilitas laba adalah hal yang wajar untuk sektor konsumen dan FMCG di saat pandemi seperti sekarang ini.
Namun dengan strategi efisiensi operasional yang secara disiplin diterapkan di MYOR, perusahaan tercatat sukses meminimalkan volatilitas bottom line-nya. Hal ini tercermin dari kinerja laba bersih MYOR dalam 5 tahun terakhir yang secara konsisten dipertahankan di kisaran Rp 1,5 triliun.
Sebagai perusahaan yang bisnisnya banyak ditopang oleh segmen food and beverages (F&B), Mayora tidak hanya berpuas diri menjadi market leader di pasar lokal, tetapi terus mengembangkan bisnisnya ke pasar internasional. Konsistensi mengangkat produk nasional ke skala global ini berujung pada porsi ekspor yang mencapai 40%-50% dari omzetnya.
Jika dibandingkan dengan porsi ekspor perusahaan sejenis seperti PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), porsi ekspor Mayora jauh memimpin karena kedua emiten tersebut hanya mencetak porsi ekspor masing-masing sebesar 15% dan 4%.
Ini menunjukkan kuatnya positioning Mayora di kancah internasional, dan keunggulannya di antara FMCG nasional. Produk-produk perseroan telah diekspor ke lebih dari 100 negara yang mencakup kawasan Asia Tenggara, China, India, Timur Tengah, Amerika Serikat (AS), Afrika, Eropa, bahkan hingga Irak dan Palestina.
 Sumber: Perseroan |
Berbagai produk makanan dan minuman Mayora memiliki brand yang tidak asing lagi di telinga konsumen global. Banyak di antaranya merupakan brand yang telah menjadi Top of Mind (TOM) masyarakat Indonesia baik permen, biskuit, kopi siap minum (ready to drink/RTD), hingga sereal.
Untuk produk di segmen permen, misalnya, Kopiko menjadi merek permen kopi paling bergengsi nomor 1 di dunia. Produk ini bahkan dikonsumsi oleh para astronot NASA saat menjelajahi luar angkasa, serta tampil di acara drama Korea Selatan Vincenzo, serta drakor-drakor lain.
Di segmen minuman siap saji atau sachet, produk minuman kopi dengan merek Kopiko sukses merajai negara tetangga yakni Filipina sebagai minuman kopi saset pilihan pertama konsumen di negara tersebut. Minuman sereal dengan merek Energen juga menjadi market leader di sana.
Produk lainnya seperti kopi Torabika juga merajai pasar Timur Tengah, Lebanon dan Rusia. Biskuit Danisa sukses menembus pasar Vietnam dan China, sementara biskuit Malkist (berbagai varian) dan coklat Beng Beng berhasil merangsek pasar Thailand.
Terakhir, ada juga jajanan pasta coklat Choki Choki yang sukses dalam hal penetrasi dan menjadi nomor wahid di Thailand, Malaysia, India, Afrika hingga Arab Saudi. Itulah bukti bahwa Mayora merupakan perusahaan FMCG yang tidak hanya sukses di pasar lokal tetapi juga di kancah global.
Untuk memasok permintaan di dalam dan luar negeri, Mayora mengoperasikan 29 pabrik. Empat di antaranya bahkan berlokasi di luar negeri untuk mendukung ekspansi bisnis dan penetrasi pasar ekspor mereka.
Melihat kesuksesan MYOR dalam membangun brand hingga mampu mendapatkan posisi kuat di pasar global, PT Mayora Indah Tbk terpilih menjadi pemenang penghargaan The Best FMCG Company in Export Market 2021 di ajang CNBC Indonesia Awards 2021, mengalahkan nominee di industri FMCG lain dengan skor 97 (dari 100).
Untuk mencapai penilaian tersebut, Tim Riset CNBC Indonesia melakukan kajian dan analisis terhadap perusahaan FMCG yang memenuhikriteria. Proses penilaian dilakukan pada Oktober, melalui riset kualitatif berbasis data sekunder dari publikasi resmi perseroan, PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sertamedia monitoring terhadap 10 media utamanasional.
TIM RISET CNBC INDONESIA