Jakarta, CNBC Indonesia - Kelompok usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan segmen yang paling terpukul oleh pembatasan aktivitas masyarakat akibat pandemi. Namun tahun ini, penguasa UMKM PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) sukses memulihkan kinerja.
Di Indonesia, UMKM merupakan soko guru perekonomian. Sebanyak 64 juta unit UMKM menyediakan lapangan pekerjaan bagi 97% tenaga kerja nasional dan menyumbang 61% Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Namun sayangnya, sektor yang dikenal tahan krisis moneter (dalam kasus krisis Asia 1997) justru menjadi yang paling terpukul selama krisis pandemi. Sebanyak sembilan dari 10 UMKM di Indonesia mengalami penurunan permintaan produk selama pandemi.
Akibatnya, menurut studi Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) dan United Nations Development Programme (UNDP), angka pengangguran tertinggi per September 2020 terjadi di UMKM.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menyebutkan sebanyak 605.147 unit (75,2%) dari 783.132 unit usaha kecil per Juni 2021 bergeser ke level mikro karena pandemi menurunkan skala bisnis mereka.
Bahkan, sebanyak 15.974 unit (26,3%) dari 60.702 unit usaha menengah turut terpukul hingga terjerembab ke level mikro. Hal ini menjadi kabar buruk bagi perusahaan seperti BRI, yang basis nasabah atau konsumennya adalah sektor UMKM.
Laba bersih emiten berkode BBRI ini langsung tergerus 46% secara tahunan (year on year/yoy) dari Rp 34,4 triliun pada 2019 menjadi Rp 18,7 triliun pada 2020 akibat pandemi. Kabar baiknya, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) masih aman di angka 2,94%.
Tahun ini, BRI justru menciptakan "keajaiban." Per September 2021, laba bersih perseroan tumbuh positif, melesat 36% ke Rp 19,3 triliun. Capaian itu ditorehkan bersamaan dengan rekor penyaluran kredit yang menembus angka keramat Rp 1.000 triliun, tertinggi di Republik ini.
Kenaikan bottom line perseroan ditopang peningkatan pendapatan bunga bersih yang melompat 28% menjadi Rp 71,7 triliun, menjadi yang tertinggi di antara bank raksasa (Kategori Bank dengan Modal Inti/KBMI IV). Aspek profitabilitas terjaga dengan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) di angka 6,9%.
Angka tersebut merupakan yang tertinggi di industri, dan mengalahkan kompetitornya yakni bank-bank raksasa (KBMI IV). Hal ini mengindikasikan bahwa sektor UMKM sebagai pasar utama BRI tahun ini sudah mulai bergeliat kembali.
Pemulihan kinerja BRI sepanjang tahun ini segendang sepenarian dengan bangkitnya kembali sektor UMKM, menyusul makin diperlonggarnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di berbagai daerah.
Menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika, strategi penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia, khususnya untuk segmen UMKM, menunjukkan hasil positif sehingga 84% UMKM telah beraktivitas kembali dan mendorong kebangkitan ekonomi.
Kebangkitan UMKM juga terlacak dari penyaluran kredit BRI yang tahun ini mencetak angka keramat Rp 1.000 triliun, tepatnya Rp 1.017 triliun. Dari angka tersebut, porsi kredit UMKM naik dari 80,65% (September 2020) menjadi 82,67% (September 2021).
Peningkatan penyaluran kredit itu menunjukkan kemampuan bank yang unggul di segmen usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) ini menyesuaikan operasi dengan situasi pandemi, di antaranya melalui digitalisasi dan penetrasi di segmen yang tak tergarap, yakni ultra mikro.
Bagi BRI, digitalisasi yang sudah digencarkan oleh Sunarso sebelum pandemi memang menjadi solusi di saat PPKM, misalnya program pengajuan pinjaman digital Ceria dan KUR digital. Di kala pandemi, transaksi berbasis BRILink (agen lepas BRI berbasis gawai) juga kian meningkat.
Hingga September 2021 BRI memiliki 474.000 agen BRILink, dengan transaksi 656 juta kali atau tumbuh 28,2% secara tahunan. Volume transaksi tercatat Rp 824 triliun atau lompat 38,7% yang menumbang pendapatan non-bunga (fee based income) senilai Rp 967 miliar.
Pandemi memaksa pelaku UMKM melek digital terutama lewat e-commerce, sehingga mereka tak lagi buta dengan layanan transaksi digital. "Digitalisasi UMKM harus terus ditingkatkan mengingat 58% penduduk Indonesia telah melakukan transaksi secara digital," tutur Menkominfo Johnny G Plate, Senin (11/10/2021).
Sebagai holding Ultra Mikro (UMi), digitalisasi membuat biaya pendanaan (cost of fund) BRI turun 130 basis poin (bp) menjadi 2,14% seiring dengan pertumbuhan dana murah (current account saving account/CASA) yang solid dan perbaikan imbal hasil.
Atas kinerja positif intermediasi dengan tetap menjaga profitabilitas bagi pemegang saham, BRI terpilih menjadi pemenang penghargaan CNBC Indonesia Awards untuk kategori The Most Adaptive Titan Bank 2021, mengalahkan nominee lain dari bank KBMI IV.
Untuk mencapai penilaian tersebut, Tim Riset CNBC Indonesia melakukan kajian dan analisis terhadap empat bank terbesar nasional dan membandingkan keunggulan adaptasi mereka dan imbas pemulihan yang terlihat dalam kinerja sepanjang tahun ini.
Proses penilaian dilakukan pada November melalui riset kualitatif berbasis data sekunder dari publikasi resmi perseroan, PT Bursa Efek Indonesia (BEI), serta media monitoring terhadap 10 media utama nasional.
TIM RISET CNBC INDONESIA