Ajaib, Mendobrak Kejumudan Industri Sekuritas
Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia mengalami gelombang pertama digitalisasi sekuritas pada 2006 dengan transaksi daring berbasis komputer. Gelombang digitalisasi kedua, berbasis aplikasi, dimulai tahun 2018 dengan PT Ajaib Sekuritas Asia menjadi pemimpinnya.
Era online trading bukanlah hal yang baru, di mana pada awal tahun 2006 perusahaan sekuritas asal Korea Selatan (Korsel) dan Jepang merintis layanan online trading bagi nasabah di Indonesia. Para investor tak perlu lagi menelpon broker untuk mengeksekusi jual-beli saham.
Kala itu, online trading masih berbentuk program berbasis komputer yang harus diinstal di laptop atau desktop, sehingga cenderung kurang fleksibel. Namun, itu saja cukup untuk menarik 100.000 investor baru ke pasar modal sehingga jumlah investor melesat menjadi 300.000 orang.
Sepuluh tahun kemudian, digitalisasi transaksi bertemu dengan pasar milenial yang sedang bertumbuh. Mereka adalah kaum muda yang tidak asing dengan gawai, memiliki intensitas bersosial media tinggi, dan lebih melek investasi.
Jika jumlah investor pada tahun 2018 baru sebanyak 1,6 juta (baik investor reksa dana, obligasi, maupun saham), maka jumlah tersebut melambung menjadi 4,5 juta pada tahun 2020. Ada lompatan nyaris tiga kali lipat.
Jumlah investor saham pun meningkat sekitar tiga kali lipat dalam tiga tahun tersebut, dari 1 jutaan (2018) menjadi 3 juta pada tahun ini. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat 54,8% dari investor ritel di pasar modal adalah anak kaum muda yang berusia di bawah 30 tahun.
Penyuplai utama investor muda tersebut salah satunya adalah PT Ajaib Sekuritas Asia, perusahaan sekuritas murni digital pertama di Tanah Air. Dengan jumlah pengguna atau investor saham sebanyak 1 juta, 90% di antara mereka adalah kaum milenial dan Gen Z.
Semuanya itu diraih dalam waktu kurang dari dua tahun, bersamaan dengan masuknya investor global yang seolah berlomba menyuntikkan dana ke Ajaib. Tahun ini, perseroan resmi menyandang status sebagai Unicorn, karena bervaluasi di atas US$ 1 miliar (Rp 14,5 triliun).
Status tersebut diraih setelah perseroan merampungkan pendanaan seri B senilai US$ 153 juta (Rp 2,2 triliun). Sebelumnya, pendanaan seri A diraih pada Maret senilai US$ 65 juta. Nama investor besar di belakang Ajaib terutama adalah SoftBank.
Keberhasilan perseroan terutama terletak pada kejeliannya membaca kebutuhan pasar milenial akan investasi dan memanfaatkan media sosial untuk meningkatkan literasi keuangan mereka. Selanjutnya, platform Ajaib menjawab kebutuhan mereka akan fleksibilitas transaksi.
(ags/ags)