Awas! The Fed Diprediksi Naikkan Suku Bunga Dalam 3 Bulan
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) menjadi perhatian utama pelaku pasar di pekan ini.
Tingginya inflasi serta perekonomian yang kuat membuat The Fed mempertimbangkan untuk mempercepat tapering atau nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) yang saat ini senilai US$ 15 miliar setiap bulan.
Nilai QE bank sentral paling powerful di dunia ini sebesar US$ 120 miliar, dan tapering sudah mulai dilakukan pada November lalu. Artinya, hingga QE menjadi nol diperlukan waktu selama 8 bulan.
The Fed diperkirakan akan meningkatkan tapering hingga menjadi US$ 30 miliar per bulan, sehingga QE akan menjadi nol dalam waktu 4 sampai 5 bulan.
Setelah QE selesai, maka langkah selanjutnya adanya menaikkan suku bunga.
Survei yang dilakukan Reuters menunjukkan mayoritas ekonom memperkirakan suku bunga akan dinaikkan pada kuartal III-2022, tetapi ada beberapa yang melihat kenaikan di kuartal I-2022 yang artinya dalam 3 bulan ke depan.
Survei tersebut dilakukan pada 3 sampai 8 Desember, dan menunjukkan The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 0,25% - 0,5% di kuartal III-2022. Kemudian, akan ada 3 kali kenaikan lagi, yakni di kuartal IV-2022, serta kuartal I dan II-2023.
Suku bunga The Fed (Fed Funds Rate/FFR) akan berada di 1,25% - 1,5% pada akhir 2023.
"Kami saat ini memprediksi kenaikan suku bunga di September dan Desember 2022, tetapi jika data menunjukkan kita tidak memasuki periode gelap pandemi, kami melihat tiga kali kenaikan di tahun depan mungkin terjadi," kata James Knightley, kepala ekonomi di ING sebagaimana diwartakan Reuters, Kamis (9/12).
Skenario kenaikan suku bunga dua hingga tiga kali di tahun depan sebenarnya sudah diantisipasi oleh pelaku pasar, hal tersebut terlihat dari perangkat FedWatch milik CME Group.
Pasar melihat ada probabilitas sebesar 43% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (0,25%) menjadi 0,25% - 0,5% pada Juni 2022. Kemudian The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga lagi pada bulan September dan Desember 2022, masing-masing sebesar 25 basis poin.
Jika skenario tersebut terjadi kemungkinan terjadi gejolak di pasar finansial global akan kecil.
Tetapi, ceritanya tentu akan berbeda jika The Fed menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Hasil survei Reuters menunjukkan sebanyak 16 orang ekonom melihat kenaikan suku bunga pertama akan dilakukan pada kuartal II-2022, sementara 5 ekonom memperkirakan kenaikan di kuartal I-2022.
Sebagai perbandingan, survei yang sama dilakukan satu bulan sebelumnya menunjukkan hanya 5 ekonom yang melihat suku bunga dinaikkan di kuartal II-2022, dan satu orang saja yang melihat kenaikan sekitar Januari - Maret 2022.
"Kami melihat kemungkinan kenaikan suku bunga mengerucut pada bulan Juni 2022, tetapi ada peluang dilakukan pada Maret. Perbedaannya sangat tipis, tetapi kita ini melihat lebih banyak data lagi, termasuk dampak virus Omicron ke perekonomian," kata Ethan Harris, kepala ekonomi di Bank of America Securities, sebagaimana dilansir Reuters.
Kenaikan suku bunga di bulan Maret tersebut bisa memicu gejolak di pasar finansial global. Aset-aset dalam negeri berisiko mengalami tekanan, baik itu rupiah, IHSG hingga Surat Berharga Negara (SBN).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)