Nah Loh! Startup Mau IPO di Wall Street Bakal Lebih Sulit

Feri Sandria, CNBC Indonesia
13 December 2021 14:40
Otoritas Pasar Modal AS
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (United States Securities and Exchange Commission/SEC), Gary Gensler, hari pidato Kamis (9/12) pekan lalu membidik perusahaan cek kosong yang dikenal sebagai perusahaan akuisisi tujuan khusus, atau SPAC, dengan mengatakan bahwa mereka memberi investor biasa informasi yang tidak lengkap dan perlindungan yang tidak memadai terhadap konflik kepentingan dan penipuan.

Sebelumnya, Gensler telah menjelaskan selama berbulan-bulan bahwa dia khawatir tentang risiko yang dihadapi oleh investor retail di perusahaan akuisisi tujuan khusus, yang selama dua tahun terakhir telah menjadi cara yang sangat populer untuk membawa bisnis ke publik.

Gensler juga menyebutkan bahwa dia ingin menyamakan kedudukan antara penawaran umum perdana tradisional dan SPAC, yang sekarang semakin mendominasi atau mencapai lebih dari 60% dari semua IPO AS. Kesepakatan SPAC biasanya menampilkan insentif unik yang memungkinkan penggalang dana awal untuk melipatgandakan investasi awal mereka bahkan jika harga saham turun dan investor lain kehilangan uang.

"Saya percaya investor publik mungkin tidak mendapatkan perlindungan seperti IPO tradisional dari SPAC," kata Gensler dalam pidatonya untuk Asosiasi Pasar Sehat AS. Dia mengatakan telah meminta staf SEC membuat proposal untuk menutup celah itu dengan berfokus pada persyaratan seputar pengungkapan, praktik pemasaran, dan tanggung jawab untuk sponsor dan pihak-pihak penting lainnya untuk kesepakatan SPAC.

Beberapa investor melihat langkah-langkah dan pernyataan publik sebagai sinyal bahwa regulator bergegas untuk mengejar ledakan SPAC yang belum pernah terjadi sebelumnya yang membuat investasi startup semakin ramai.

Proses merger khusus ini memungkinkan perusahaan yang go public untuk membuat proyeksi pendapatan dan keuntungan yang tidak diperbolehkan dalam IPO tradisional. Hal tersebut sering kali membantu mereka mencapai penilaian yang lebih tinggi. Perusahaan dalam kesepakatan SPAC diizinkan untuk membuat pernyataan tersebut karena SPAC diatur sebagai perusahaan publik, yang membedakan proses SPAC dari proses IPO biasa.

Celah itu, menurut Gensler, memungkinkan pemodal di balik perusahaan start-up atau yang akan diakuisisi untuk merilis angka-angka yang 'sangat menjanjikan' sembari menutupi kebobrokan kesehatan mendasar dari bisnis yang mereka luncurkan ke publik.

Gensler mengatakan proyeksi tersebut bertentangan dengan prinsip dasar undang-undang sekuritas AS, yang berusaha untuk memblokir transaksi orang dalam (insider trading) yang menggunakan praktik pemasaran untuk menciptakan buzz tentang perusahaan sebelum pengungkapan yang diperlukan mencapai investor.

"Sangat penting bahwa investor menerima informasi yang mereka butuhkan, tanpa hype yang menyesatkan," ujar Gensler.

Setelah SPAC dan perusahaan yang go public mengumumkan kesepakatan dan mempublikasikan presentasi investor, mereka kemudian harus mengajukan laporan keuangan terperinci kepada SEC, termasuk informasi tentang kinerja bisnis masa lalu dan bagaimana kesepakatan itu terjadi.

Untuk mengatasi priming pasar yang tidak tepat, Mr Gensler menyarankan SEC memerlukan informasi yang lebih lengkap untuk diungkapkan pada saat merger antara perusahaan cek kosong dan target akuisisi diumumkan.

Kepala SEC juga mengatakan pihak-pihak penting dalam jenis merger ini-termasuk sponsor, penasihat keuangan, akuntan, direktur dan pejabat perusahaan-harus melakukan uji tuntas (due diligence) dan menghadapi kewajiban yang sama seperti yang dilakukan bank investasi dalam IPO tradisional.

Regulator telah meluncurkan beberapa penyelidikan terkait kesepakatan SPAC dalam beberapa bulan terakhir. Awal pekan ini, SPAC media sosial baru mantan Presiden Donald Trump mengungkapkan bahwa SEC sedang menyelidiki merger yang diusulkan. Pembuat kendaraan listrik Lucid Group Inc. juga baru-baru ini mengatakan regulator sedang mencari informasi tentang pernyataan dan proyeksi yang dibuatnya sebagai bagian dari kesepakatan SPAC yang baru saja diselesaikan.

Baru-baru ini start-up ride hailing raksasa Grab baru saja menyelesaikan merger SPAC dengan perusahaan cangkang Altimeter Growth. Dalam tujuh hari perdagangan di NASDAQ perusahaan telah kehilangan lebih dari sepertiga kapitalisasi pasarnya.

Sebelumnya dua perusahaan Indonesia dikabarkan telah membatalkan kesepakatan SPAC untuk melantai di bursa Wall Street.

Salah satu emiten milik konglomerat Hary Tanoesoedibjo yaitu PT MNC Vision Tbk (IPTV) yang batal melantaikan anak usahanya PT Asia Vision Network (AVN) ke bursa Wall Street melalui SPAC Malacca Straits Acquisition Company Limited (MLAC).

Selain itu startup raksasa di bidang Online Travel Agent (OTA) yakni Traveloka yang juga dikabarkan batal melantai di bursa saham AS melalui SPAC.

Meskipun diserbu oleh isu pengetatan peraturan dan penurunan harga saham, SPAC terus menghasilkan dana yang berlimpah. Lebih dari 580 perusahaan cek kosong telah diluncurkan pada tahun 2021 dan mengumpulkan lebih dari US$ 155 miliar, menurut penyedia data SPAC Research.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Traveloka Disebut Batal IPO di Wall Street via SPAC, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular