Hari Pertama di NASDAQ Saham Grab Ambles 21%, Kok Bisa?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
03 December 2021 08:50
Peresmian Grab Tech Center di Jakarta (Dok. Grab)
Foto: Peresmian Grab Tech Center di Jakarta (Dok. Grab)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham raksasa layanan transportasi dan pengiriman Asia Tenggara Grab Holdings Ltd kehilangan lebih dari seperlima nilainya pada hari pertama perdagangan di New York. Pukulan ini merupakan yang pertama setelah perusahaan memecahkan rekor merger perusahaan akuisisi dengan tujuan khusus atau special purpose acquisition company (SPAC)

Saham perusahaan ambles 21% ke level US$ 8,75, menjadikan kapitalisasi pasar Grab berkurang menjadi US$ 34,6 miliar. Perusahaan yang berbasis di Singapura ini, pada bulan April lalu setuju untuk bergabung dengan SPAC Altimeter Growth Corp. 

Dalam kesepakatan yang nilainya nyaris mencapai US$ 40 miliar, Grab mencetak rekor untuk transaksi yang melibatkan perusahaan cek kosong, yang mengumpulkan uang dengan tujuan mencari perusahaan target untuk bergabung dan menjadi perusahaan publik.

Pada awal perdagangan Kamis (2/12) waktu setempat, saham Grab dibuka melesat 19% ke level $13,06 hari dari penutupan hari Rabu, ketika perusahaan masih diperdagangkan sebagai SPAC Altimeter Growth Corp. Namun saham perusahaan internet Asia Tenggara tersebut dengan cepat kehilangan tenaga, dan berubah menjadi merah pada tengah hari.

Perusahaan diperdagangkan menggunakan ticker GRAB di Bursa Nasdaq. Penyokong utama perusahaan termasuk Vision Fund milik SoftBank Group, perusahaan ride-hailing China Didi Global Inc. dan Toyota Motor Corp.

Kesepakatan SPAC juga mencakup penggalangan dana senilai US$ 4,5 miliar untuk perusahaan yang telah berusia sembilan tahun tersebut. Selain di Indonesia, Grab juga beroperasi di tujugh negara lain termasuk Thailand, Malaysia, dan Filipina.

Hingga saat ini, Grab masih belum mampu menghasilkan keuntungan. Pendapatannya untuk kuartal ketiga 2021 malah tercatat turun 9% menjadi US$ 157 juta karena peningkatan kasus pandemi virus corona di kasus Asia Tenggara dan lockdown yang dilakuakn di Vietnam menekan operasi ride-hailing, sementara volume pengiriman makanan meningkat.

Gross merchandise value (GMV) atau nilai total transaksi, naik 32% menjadi US$ 4,04 miliar dari periode yang sama tahun lalu. Grab mengatakan kenaikan nilai GMV dari segmen pengiriman mengimbangi penurunan yang terjadi dari segmen mobilitasnya, yang terkena dampak pembatasan terkait pandemi di tengah penyebaran varian Delta.

Dilansir Wall Street Journal, perusahaan analitik keuangan S3 Partners menyebutkan investor diperkirakan melakukan short position pada saham SPAC yang membawa Grab ke publik. Short seller adalah investor yang percaya bahwa harga saham akan turun, memungkinkannya untuk dibeli kembali dengan harga yang lebih rendah untuk mendapatkan keuntungan.

Selisih antara harga di mana saham dijual short dan harga dibeli mewakili keuntungan (atau kerugian, tergantung kasusnya) yang diperoleh investor.

Penggalangan dana dan merger melalui SPAC popularitasnya mencapai puncak pada awal tahun ini, meskipun antusiasme investor terhadap SPAC mereda setelah regulator meningkatkan pengawasan atas metode akuntansi transaksi dan proyeksi pertumbuhan perusahaan.

JP Morgan dalam laporannya pada Februari 2021 mencatat sekitar setengah dari semua IPO baru di bursa Amerika Serikat berdasarkan volume sejak Januari 2019 merupakan transaksi SPAC.

Dari 85 IPO SPAC pada 2019, 2020, dan awal 2021 sebagian besar adalah perusahaan teknologi, kendaraan listrik, perawatan kesehatan, dan industri, 69 di antaranya memiliki arus kas bebas negatif atau laba bersih negatif.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siap-siap! Grab Melantai di Bursa Hari Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular