
Duh! Sejak Resmi Tercatat di NASDAQ, Saham Grab Ambles 26%

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham raksasa layanan transportasi dan pengiriman Asia Tenggara Grab Holdings Ltd telah kehilangan lebih dari seperempat nilainya meskipun baru enam hari secara resmi diperdagangkan di Wall Street. Sebelumnya pada perdagangan hari perdana, saham ini terkoreksi nyaris 20%, meskipun sempat melonjak tinggi di awal perdagangan.
Alhasil kapitalisasi pasar Grab saat ini menyusut menjadi US$ 30,23 miliar atau setara dengan Rp 433,80 triliun menggunakan asumsi kurs Rp 14.350/US$.
Kondisi kurang prima saham teknologi yang sering diidentifikasi sebagai bisnis bernilai tinggi, pertumbuhan tinggi, dan merugi telah menyebabkan aksi jual besar-besaran. Dari dalam negeri, kondisi serupa dengan Grab sebelumnya dialami oleh Bukalapak.
Buruknya kinerja saham Grab yang memecahkan rekor merger perusahaan akuisisi dengan tujuan khusus atau special purpose acquisition company (SPAC) salah satunya disebabkan oleh kinerja keuangan perusahaan yang masih amburadul.
Hingga saat ini, Grab masih belum mampu menghasilkan keuntungan. Pendapatannya untuk kuartal ketiga 2021 malah tercatat turun 9% menjadi US$ 157 juta karena peningkatan kasus pandemi virus corona di kasus Asia Tenggara dan lockdown yang dilakuakn di Vietnam menekan operasi ride-hailing, sementara volume pengiriman makanan meningkat.
Gross merchandise value (GMV) atau nilai total transaksi, naik 32% menjadi US$ 4,04 miliar dari periode yang sama tahun lalu. Grab mengatakan kenaikan nilai GMV dari segmen pengiriman mengimbangi penurunan yang terjadi dari segmen mobilitasnya, yang terkena dampak pembatasan terkait pandemi di tengah penyebaran varian Delta.
Penyokong utama perusahaan termasuk Vision Fund milik SoftBank Group, perusahaan ride-hailing China Didi Global Inc, lengan investasi Singapura Temasek dan Toyota Motor Corp.
Penggalangan dana dan merger melalui SPAC popularitasnya mencapai puncak pada awal tahun ini, meskipun antusiasme investor terhadap SPAC mereda setelah regulator keuangan dan pasar modal AS meningkatkan pengawasan atas metode akuntansi transaksi dan proyeksi pertumbuhan perusahaan.
JP Morgan dalam laporannya pada Februari 2021 mencatat sekitar setengah dari semua IPO baru di bursa Amerika Serikat berdasarkan volume sejak Januari 2019 merupakan transaksi SPAC.
Dari 85 IPO SPAC pada 2019, 2020, dan awal 2021 sebagian besar adalah perusahaan teknologi, kendaraan listrik, perawatan kesehatan, dan industri, 69 di antaranya memiliki arus kas bebas negatif atau laba bersih negatif.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hari Pertama di NASDAQ Saham Grab Ambles 21%, Kok Bisa?