
Market Cap EMTK-ARTO Melonjak, BBCA Bertahan di Rp 900 T

IHSG yang tercatat positif pada pekan lalu ditopang oleh positinya bursa saham global. Membaiknya pasar saham global salah satunya disebabkan oleh sentimen positif hasil penelitian awal dari produsen vaksin Pfizer-BioNTech.
Pfizer bersama BioNTech menyebutkan bahwa dosis ketiga vaksin kerja sama mereka tampaknya mampu memberikan perlindungan yang kuat terhadap varian Omicron, sementara vaksin dua dosis awal mungkin tidak cukup untuk mencegah infeksi.
Sebelumnya, CEO Pfizer juga menyebutkan bahwa meski Omicron tampaknya lebih menular tetapi menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah, seperti varian Delta. Walaupun dia kembali menekankan bahwa lebih banyak pekerjaan perlu dilakukan untuk mengetahui dengan pasti.
Selanjutnya kinerja positif bursa Tanah Air pada pekan lalu juga didorong oleh kebijakan pemerintah yang batal menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 selama periode libur natal dan tahun baru (nataru) di semua daerah. Selain itu pemerintah juga mampu menekan angka kasus konfirmasi dan kematian Covid-19 harian.
Pekan lalu juga, Bank Indonesia (BI) mengumumkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) bulan November 2021 naik menjadi 118,5 dari bulan sebelumnya 113,4.
Namun sejatinya, periode Desember merupakan periode yang cenderung positig bagi pasar modal dalam negeri, karena adanya aktivitas window dressing atau istilahnya mempercantik laporan keuangan suatu perusahaan, sehingga manajer investasi juga akan mempercantik portofolio yang dimilikinya.
Jika melihat faktor musiman Desember, yang salah satunya didorong oleh aktivitas window dressing, maka kecenderungan IHSG mencatatkan koreksi terbilang sangat minim.
Dalam 10 tahun terakhir pada bulan Desember, kinerja bulanan IHSG konsisten positif dengan rerata imbal hasil 3,23%. Biasanya kenaikan IHSG juga akan dilanjutkan ke awal tahun berikutnya dan fenomena ini dinamai January Effect.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)[Gambas:Video CNBC]
