Simak Nih! Deretan Kabar 'Hot' buat Pekan Depan

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
12 December 2021 19:40
Jerome Powell (REUTERS/Erin Scott)
Foto: Jerome Powell (REUTERS/Erin Scott)

Sentimen Eksternal

Sementara itu, ada juga sejumlah data penting yang akan dirilis selama sepekan ke depan dari sejumlah negara.

Pertama, dari Britania Raya akan ada rilis data tingkat pengangguran per Oktober pada Selasa (14/12). Analis memperkirakan tingkat pengangguran Britania akan turun menjadi 4,2%, dari bulan sebelumnya 4,3%. Apabila kembali turun, itu berarti tingkat pengangguran di Britania akan turun selama 5 bulan beruntun.

Pada hari selanjutnya, Rabu (15/12), Britania Raya juga akan merilis data tingkat inflasi per November, yang diprediksi akan naik menjadi 4,7% secara tahunan (yoy). Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan posisi bulan sebelumnya sebesar 4,2%--yang merupakan tertinggi sejak Desember 2011.

Kedua, perhatian investor juga akan tertuju pada perkembangan ekonomi di Negeri Tirai Bambu China. Ini karena China akan mempublikasikan data produksi industri dan penjualan eceran per November pada Rabu (15/12).

Produksi industri China diramal akan naik menjadi 3,8%, dari bulan sebelumnya 3,5%. Sementara, data pertumbuhan penjualan eceran China diprediksi akan tetap di level 4,9%.

Pada tanggal yang sama, Amerika Serikat (AS) juga akan menerbitkan data penjualan ritel per November yang diprediksi turun menjadi 0,8% (dibandingkan posisi 1,7% pada bulan lalu).

Ketiga, investor akan berfokus pada rilis data yang paling ditunggu pada pekan, yakni pengumuman tingkat suku bunga bank sentral AS Federal Reserve (The Fed). The Fed akan mengumumkan keputusan soal tingkat bunga pada Kamis dini hari WIB.

Konsensus ekonom yang dihimpun Tradingeconomics memprediksi, The Fed masih akan kembali menahan tingkat suku bunga di level 0,25% pada bulan ini.

Tingginya inflasi serta perekonomian yang kuat membuat The Fed mempertimbangkan untuk mempercepat tapering atau nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) yang saat ini senilai US$ 15 miliar setiap bulan.

Nilai QE bank sentral paling powerful di dunia ini sebesar US$ 120 miliar, dan tapering sudah mulai dilakukan pada November lalu. Artinya, hingga QE menjadi nol diperlukan waktu selama 8 bulan.

The Fed diperkirakan akan meningkatkan tapering hingga menjadi US$ 30 miliar per bulan, sehingga QE akan menjadi nol dalam waktu 4 sampai 5 bulan. Selain itu, The Fed juga diprediksi akan memberikan indikasi agresif menaikkan suku bunga di tahun depan.

Untuk saat ini, The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga dua hingga tiga kali di tahun depan.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat ada probabilitas sebesar 42,4% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (0,25%) menjadi 0,25% - 0,5% pada Juni 2022.

Kemudian, The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga lagi pada bulan September dan Desember 2022, masing-masing sebesar 25 basis poin.

Keempat, pada Kamis (16/12), pasar juga akan menyimak rilis data Purchasing Managers' Index (PMI) dari sejumlah negara, seperti Prancis, Jerman, Britania Raya, hingga AS.

Pada tanggal yang sama, Bank of England juga akan mengumumkan tingkat suku bunga acuan yang diprediksi akan kembali dipertahankan di level 0,1%.

Kelima, pada Jumat (17/12), investor juga akan memperhatikan keputusan Bank of Japan soal tingkat suku bunga, penjualan eceran Britania Raya per November, sampai data iklim bisnis Jerman per Desember.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular