Simak Nih! Deretan Kabar 'Hot' buat Pekan Depan

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
12 December 2021 19:40
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menguat pada pekan ini, setelah sebelumnya isu omicron mampu membuat bursa nasional tertekan dua minggu beruntun.

Sebelumnya, mengawali bulan Desember, performa indeks dibuka kurang oke, salah satunya dikarenakan penemuan varian baru di Botswana dan Afrika Selatan akhir November yang mampu menekan dalam kinerja IHSG.

Akan tetapi setelah beberapa studi awal soal Omicron dilakukan, investor akhirnya kembali positif dan IHSG tercatat menguat 1,75% ke level 6.652,92, dengan lima hari beruntun mampu ditutup di zona hijau.

Investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih di pasar reguler asing sepakan ini sebesar Rp 1,27 triliun.

Sentimen Pekan Depan

Selain terus menyimak perkembangan kabar soal galur Covid-19 Omicron, investor juga akan memperhatikan sejumlah rilis data ekonomi, baik dari dalam maupun luar negeri, dalam sepekan ke depan.

Dari dalam negeri, bakal ada 3 data utama yang bakal dipublikasikan.

Pertama, Bank Indonesia (BI) akan merilis data statistik utang luar negeri Indonesia (SULNI) edisi Desember pada Selasa (14/12).

Sebelumnya, dalam rilis pada 15 November 2021, posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir triwulan III 2021 tercatat sebesar 423,1 miliar dolar AS atau tumbuh 3,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 2,0% (yoy). Perkembangan tersebut disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan ULN sektor publik dan sektor swasta.

"ULN Indonesia pada triwulan III 2021 tetap terkendali, tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tetap terjaga di kisaran 37,0%, menurun dibandingkan dengan rasio pada triwulan sebelumnya sebesar 37,5%," jelas BI dalam rilis pers.

Kedua, pada Rabu (15/12), Badan Pusat Statistik (BPS) akan menerbitkan data neraca dagang alias perkembangan ekspor-impor Indonesia per November 2021.

Konsensus ekonom yang dihimpun Tradingeconomics memprediksi, neraca dagang Indonesia akan kembali surplus menjadi sebesar US$ 4,34 miliar per November 2021, dari bulan sebelumnya surplus US$ 5,73 miliar.

Ketiga, pada Kamis (16/12), akan ada keputusan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI edisi Desember mengenai tingkat suku bunga. Ekonom yang disurvei Tradingeconomics meramal, BI akan kembali mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 3,5%. Hingga November lalu, BI berarti sudah menahan suku bunga di level 3,5% selama 9 bulan beruntun.

Sentimen Eksternal

Sementara itu, ada juga sejumlah data penting yang akan dirilis selama sepekan ke depan dari sejumlah negara.

Pertama, dari Britania Raya akan ada rilis data tingkat pengangguran per Oktober pada Selasa (14/12). Analis memperkirakan tingkat pengangguran Britania akan turun menjadi 4,2%, dari bulan sebelumnya 4,3%. Apabila kembali turun, itu berarti tingkat pengangguran di Britania akan turun selama 5 bulan beruntun.

Pada hari selanjutnya, Rabu (15/12), Britania Raya juga akan merilis data tingkat inflasi per November, yang diprediksi akan naik menjadi 4,7% secara tahunan (yoy). Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan posisi bulan sebelumnya sebesar 4,2%--yang merupakan tertinggi sejak Desember 2011.

Kedua, perhatian investor juga akan tertuju pada perkembangan ekonomi di Negeri Tirai Bambu China. Ini karena China akan mempublikasikan data produksi industri dan penjualan eceran per November pada Rabu (15/12).

Produksi industri China diramal akan naik menjadi 3,8%, dari bulan sebelumnya 3,5%. Sementara, data pertumbuhan penjualan eceran China diprediksi akan tetap di level 4,9%.

Pada tanggal yang sama, Amerika Serikat (AS) juga akan menerbitkan data penjualan ritel per November yang diprediksi turun menjadi 0,8% (dibandingkan posisi 1,7% pada bulan lalu).

Ketiga, investor akan berfokus pada rilis data yang paling ditunggu pada pekan, yakni pengumuman tingkat suku bunga bank sentral AS Federal Reserve (The Fed). The Fed akan mengumumkan keputusan soal tingkat bunga pada Kamis dini hari WIB.

Konsensus ekonom yang dihimpun Tradingeconomics memprediksi, The Fed masih akan kembali menahan tingkat suku bunga di level 0,25% pada bulan ini.

Tingginya inflasi serta perekonomian yang kuat membuat The Fed mempertimbangkan untuk mempercepat tapering atau nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) yang saat ini senilai US$ 15 miliar setiap bulan.

Nilai QE bank sentral paling powerful di dunia ini sebesar US$ 120 miliar, dan tapering sudah mulai dilakukan pada November lalu. Artinya, hingga QE menjadi nol diperlukan waktu selama 8 bulan.

The Fed diperkirakan akan meningkatkan tapering hingga menjadi US$ 30 miliar per bulan, sehingga QE akan menjadi nol dalam waktu 4 sampai 5 bulan. Selain itu, The Fed juga diprediksi akan memberikan indikasi agresif menaikkan suku bunga di tahun depan.

Untuk saat ini, The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga dua hingga tiga kali di tahun depan.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat ada probabilitas sebesar 42,4% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (0,25%) menjadi 0,25% - 0,5% pada Juni 2022.

Kemudian, The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga lagi pada bulan September dan Desember 2022, masing-masing sebesar 25 basis poin.

Keempat, pada Kamis (16/12), pasar juga akan menyimak rilis data Purchasing Managers' Index (PMI) dari sejumlah negara, seperti Prancis, Jerman, Britania Raya, hingga AS.

Pada tanggal yang sama, Bank of England juga akan mengumumkan tingkat suku bunga acuan yang diprediksi akan kembali dipertahankan di level 0,1%.

Kelima, pada Jumat (17/12), investor juga akan memperhatikan keputusan Bank of Japan soal tingkat suku bunga, penjualan eceran Britania Raya per November, sampai data iklim bisnis Jerman per Desember.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pekan Ini akan Ramai, Perhatikan Sentimen Penggerak Pasar Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular