Rekor! Inflasi AS Tertinggi Sejak 39 Tahun, RI Kudu Waspada?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
11 December 2021 13:45
Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell  (AP Photo/Jacquelyn Martin)
Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (AP Photo/Jacquelyn Martin)

Inflasi yang saat ini terjadi di Amerika Serikat bisa menjadi isu negatif bagi pasar keuangan dalam negeri. Hal ini dikarenakan laju inflasi tinggi tersebut - ditambah data klaim pengangguran yang turun - merupakan indikasi bahwa ekonomi AS mulai kembali pulih sehingga The Fed akan segera mempercepat pengurangan suntikan stimulus ekonomi. Jika tapering dipercepat oleh The Fed, pasar keuangan RI dapat menyebabkan aliran modal akan keluar dari negara emerging market (pasar negara berkembang) dan kembali ke Negeri Paman Sam.

Berkaca pada kejadian 2013 lalu, ketika The Fed yang dipimpin Ben Bernanke melakukan tapering, muncul spekulasi kenaikan suku bunga The Fed di pasar finansial hingga di tahun 2015.

Menurut catatan CNBC Indonesia, sejak pengumuman tapering Juni 2013 nilai tukar rupiah terus merosot hingga puncak pelemahan pada September 2015.

Di akhir Mei 2013, kurs rupiah berada di level Rp 9.790/US$ sementara pada 29 September 2015 menyentuh level terlemah Rp 14.730/US$, artinya terjadi pelemahan lebih dari 50%. IHSG saat awal taper tantrum juga mengalami aksi jual. Pada periode Mei-September 2013 IHSG jeblok hingga 23%.

Akan tetapi pelaku pasar berkeyakinan tapering yang akan dilakukan oleh The Fed kali ini tidak akan berdampak besar terhadap kondisi perekonomian RI, seperti tahun 2013 lalu.

Direktur PT Syailendra Capital Fajar R. Hidajat, misalnya, mengatakan kepada CNBC Indonesia pada November lalu, efek tapering pada 2021 tidak akan seperti tapering pada 2013 hingga 2015.

Ia mengatakan, tapering pada 2021 akan memberikan upsite. Sementara pada market akan mengalami sedikit volatilitas, terutama pada Semester I-2022.

Senada, Head of Investment Information PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Roger mengungkapkan, dampak tapering terhadap pasar saham di Indonesia dinilai tidak akan terlalu signifikan.

Pasalnya, investor cenderung lebih mencermati laporan keuangan di kuartal ketiga dan data perekonomian domestik yang mulai menunjukkan pemulihan seperti indeks PMI Indonesia yang berada di level tertinggi 57,2.

(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular