Diangkat di Akhir Perdagangan, IHSG Ditutup di Zona Hijau

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
10 December 2021 15:29
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tampil heroik setelah berhasil keluar dari zona merah di menit-menit akhir perdagangan hari ini, Jumat (10/12/2021). Dengan ini, IHSG tercatat menguat selama 5 hari beruntun atau sepanjang minggu.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup naik 0,14% ke posisi 6.652,922, dengan nilai transaksi Rp 13,12 triliun dan volume perdagangan 27,58 miliar saham.

Sebanyak 252 saham naik, 260 saham turun, dan 164 saham stagnan.

Di tengah penguatan ini, investor asing melakukan jual bersih (net sell) Rp 920,07 miliar di pasar reguler, tetapi melakukan beli bersih (net buy) Rp 218,94 miliar di pasar negosiasi dan pasar tunai.

Saham yang paling banyak dilego asing adalah bank Grup Djarum PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai net sell Rp 287,1 miliar di pasar reguler. Pergerakan saham BBCA mirip dengan IHSG yang mana setelah terbenam di zona merah sepanjang hari, tiba-tiba melonjak ke atas di menit akhir perdagangan.

Alhasil, hari ini saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di BEI tersebut menguat 0,34%.

Selain BBCA, asing juga banyak melego dua saham bank BUMN kelas kakap, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dengan masing-masing nilai jual bersih Rp 204,7 miliar dan RP 171,7 miliar. Kedua saham tersebut sama-sama turun 1,43% dan 2,04%.

IHSG berhasil mengijau di tengah sentimen kurang mengenakkan bagi bursa yang datang dari bursa saham AS. Indeks S&P 500 melemah 0,72% dan Indeks Nasdaq Composite anjlok 1,71%.

Saham-saham Wall Street justru anjlok ketika rilis data ketenagakerjaan AS menunjukkan perbaikan. Klaim tunjangan pengangguran AS tercatat mencapai 184 ribu dan menjadi level terendah dalam 50 tahun terakhir.

Namun investor cenderung wait and see jelang rilis data inflasi. Tren kenaikan inflasi di AS yang signifikan membuat pelaku pasar bertaruh the Fed akan mempercepat proses tapering dan menaikkan suku bunga acuan.

"Di satu sisi pertumbuhan ekonomi dan pasar tenaga kerja menyediakan alasan untuk bersikap optimistis terhadap ekonomi, inflasi juga kian panas dan menyentuh level tertinggi 30 tahun," tulis UBS dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.

Ekonomi dalam survey Dow Jones memperkirakan indeks harga konsumen tersebut akan melesat 6,7% secara tahunan, menjadi penguatan yang terbesar sejak Juni 1982. Inflasi bulanan diprediksi sebesar 0,7%.

Berdasarkan poling Reuters, pelaku pasar memperkirakan kenaikan suku bunga acuan AS (Federal Fund Rates/FFR) bakal terjadi pada kuartal III tahun depan atau lebih cepat dari ekspektasi sebelumnya di kuartal IV.

Bursa saham utama Asia juga merah membara hari ini. Indeks saham Nikkei Tokyo turun 1,00%, indeks Hang Seng Hong Kong merosot 1,07%. Kemudian, Indeks Shanghai Composite dan indeks KOSPI Korea Selatan masing-masing melemah 0,18% dan 0,64%.

Dari dalam negeri sentimen yang mewarnai perdagangan hari ini adalah seputar Presidensi Indonesia G20. Di tengah risiko pengetatan kebijakan moneter, baik Gubernur BI maupun Menkeu sepakat bahwa Indonesia siap melakukan sinkronisasi kebijakan namun tetap menjaga momentum pemulihan ekonomi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular