Outlook 2022

IHSG Bisa ke 7.600, Simak Sederet Saham yang Bisa Cuan Gokil

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
10 December 2021 10:25
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham domestik bakal berpeluang melaju kencang seiring dengan tren pemulihan ekonomi nasional maupun global.

Meski bertumbuh, pelaku pasar terus mencermati dinamika perkembangan varian baru Covid- 19, Omicron yang dikategori kan WHO sebagai variant of concern (VoC).

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Martha Christina memprediksi laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di tahun depan berada di level 7.600 pada skenario base case.

Sedangkan, pada skenario bull case, IHSG diperkirakan akan berada di level 8.000 dengan skenario bear case di level 6.100.

Martha membeberkan, ada sejumlah katalis positif yang bisa menjadi penggerak IHSG di tahun depan.

Pertama, tren kenaikan harga komoditas seperti batu bara dan minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO).

"Tren kenaikan harga komoditas akan pengaruh positi ke ekonomi Indonesia. Ketika ekonomi mengalami kenaikan, maka confident masyarakat melakukan belanja akan lebih tinggi," kata Martha, Kamis (9/12/2021).

Dengan membaiknya perekonomian dan peningkatkan konsumsi tersebut diharapkan akan berimplikasi positif pada perolehan laba bersih maupun pendapatan emiten di Bursa Efek Indonesi (BEI).

Martha menambahkan, meskipun ada risiko dari sisi kebijakan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve yang melakukan pengurangan nilai aset-aset finansial (tapering), arus modal masuk diperkirakan masih akan masuk ke bursa saham domestik.

"Yang terjadi ketika suku bunga AS naik di 2016-2019, secara efeknya ke IHSG masih tetap menguat. Efeknya akan lebih minimal baik dari tapering dan kenaikan suku bunga," bebernya.

Mirae Asset merekomendasikan sejumlah saham yang bakal moncer di tahun depan antara lain di sektor perbankan (BBCA, BBRI, BMRI, BBNI) infrastruktur telekomunikasi (TLKM, EXCL), dan industri otomotif (ASII dan UNTR).

"Pilihan tersebut mengkombinasikan saham-saham yang defensif seperti sektor telekomunikasi dan sektor yang sensitif terhadap pertumbuhan ekonomi, seperti perbankan dan industri," ungkap Martha. 

Secara terpisah, Head of Equity Research Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer mengungkapkan, ada sejumlah katalis positif yang akan mendorong pertumbuhan bursa saham domestik tahun depan.

Pertama, tahun depan adalah momentum transisi dari pandemi Covid-19 menjadi endemi. Dengan demikian, masyarakat dipastikan akan hidup berdampingan dengan Covid-19.

"Ekspektasi perbaikan pertumbuhan ekonomi dan laba bersih emiten jadi turning positif," kata Adrian, Macroeconomic Outlook Mandiri, Rabu (8/12/2021).

Selain itu, meskipun ada risiko dari dampak kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, risiko arus modal keluar (capital outflows) dari pasar saham tidak akan seperti tahun 2013.

Tak hanya itu, dari sisi valuasi saham dibanding pasar obligasi, meskipun IHSG sejak awal tahun sudah naik dua digit, pertumbuhannya masih cukup wajar.

"Valuasi saham dibanding valuasi obligasi, saham itu itu tidak overvalued," bebernya.

Adrian menambahkan, pada tahun depan, masih ada risiko volatilitas yang akan dihadapi sebagai dampak dari risiko kebijakan moneter The Fed.

"2022 pasti namanya level volatilitas bisa lebih tinggi karena ada kekhawtairan bagaimana jika taepring lebih cepat," katanya.

Mandiri Sekuritas merekomendasikan beberapa saham-saham yang menarik bagi investor antara lain di sektor perbankan, komoditas, sektor industri yang terkait dengan pemulihan ekonomi, dan sektor ritel. 


(sys/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Omicron Mengintai, Ekonomi Global di 2022 Aman atau Suram?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular