Sedih & Mengecewakan, Beginilah Gambaran Saham Teknologi
Jakarta, CNBC Indonesia - Investor dalam negeri dibuat geleng-geleng kepala melihat kinerja saham emiten e-commerce bekas start up unicorn raksasa, Bukalapak, yang terjun bebas di pasar modal. Sejak awal melantai perusahaan yang kini dikendalikan Grup Emtek ini telah kehilangan lebih dari 50% kapitalisasi pasarnya.
Meski demikian, kekecewaan ini sebenarnya tidak hanya eksklusif dialami oleh investor Indonesia yang memang sudah lama menanti perusahaan start up untuk diperdagangkan publik, tetapi juga oleh investor global lain. Hal ini dikarenakan banyaknya IPO perusahaan rintisan teknologi yang gagal menarik perhatian investor sehingga kinerja sahamnya melempem.
Dari pasar modal India misalnya, One97 Communications, induk dari perusahaan fintech raksasa Paytm, pada penutupan perdagangan kemarin harga sahamnya telah terkoreksi hingga 26% dari harga awal penawaran. Bahkan di hari kedua perdagangan saham ini sempat ambles 37% dari harga IPO.
Kinerja saham Paytm di hari pertama perdagangan adalah yang terburuk secara global untuk IPO lebih besar US$ 1 miliar sejak IPO SmileDirectClub di NASDAQ September 2019 lalu, menurut data dari Dealogic.
Perusahaan pembayaran seluler dan layanan keuangan Internet itu baru go public pertengahan bulan lalu, setelah berhasil menjual saham setara dengan US$ 2,46 miliar (Rp 35,17 triliun) dalam IPO terbesar di India. Angka tersebut lebih besar dari raihan Bukalapak (Rp 21,9 triliun), yang juga merupakan IPO terbesar di bursa saham domestik.
Beberapa IPO mengecewakan dari raksasa teknologi Asia lainnya termasuk saham perusahaan superapp asal Singapura, Grab, ride hailing raksasan China, Didi, hingga e-commerce asal Kore Selatan, Coupang. Keempat perusahaan tersebut mulai diperdagangkan oleh publik tahun ini di Wall Street, dan semuanya masih mencatatkan kinerja saham negatif.
Kinerja terburuk terjadi di saham Didi. Pengumuman untuk segera hengkang dari bursa saham AS, kurang dari enam bulan sejak diperdagangkan, merupakan bahan bakar utama melempemnya saham ini. Perusahaan mengatakan telah mendapatkan persetujuan direksi dan komisaris, tinggal menunggu lampu hijau dari pemegang saham.
Selanjutnya ada saham perusahaan yang layanannya tersebar di seluruh Indonesia, Grab Holding, yang di hari pertama perdagangan menggunakan nama resminya, sahamnya jatuh nyaris 21%. Saat ini saham Grab masih terkoreksi 19,62% sejak penutupan perdagangan Senin (1/12), terakhir kali perusahaan menggunakan nama Altimeter, perusahaan SPAC tempat Grab bergabung. Grab tercatat memegang rekor sebagai merger SPAC terbesar saat ini.
Terakhir ada Raksasa e-Commerce Korea Selatan, Coupang LLC, yang juga merupakan salah satu dari deretan IPO mengecewakan tahun ini. Setelah berhasil mengumpulkan US$ 4,6 miliar (Rp65,9 triliun) dalam penawaran saham perdana di AS, secara perlahan sahamnya ikut terkoreksi. Kini kapitalisasi pasar perusahaan nyaris berkurang setengah sejak IPO.
(fsd/fsd)