Mata Uang Losers Diramal Bangkit di Tahun Depan, tapi...

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Selasa, 07/12/2021 18:45 WIB
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang negara emerging market mengalami tekanan di tahun ini, termasuk rupiah. Sepanjang tahun ini rupiah tercatat melemah 2,4% melawan dolar Amerika Serikat (AS). Tetapi pelemahan tersebut terbilang kecil ketimbang mata uang emerging market lainnya.

Melansir data Refinitiv, lira Turki menjadi top losers setelah jeblok lebih dari 83% sepanjang tahun ini. Selain itu ada baht Thailand yang merosot lebih dari 12%, real Brasil juga merosot nyaris 10%. Kemudian rand Afrika Selatan yang turun 8,5%.

Kabar baiknya, mata uang losers tersebut diprediksi akan menguat di tahun depan, berdasarkan survei yang dilakukan Reuters. Tetapi kenaikan tersebut belum mampu membalikkan pelemahan yang terjadi di tahun ini, penyebabnya bank sentral yang berpengaruh termasuk bank sentral AS (The Fed) yang akan menormalisasi kebijakan moneternya.


Hasil polling dari Reuters menunjukkan dalam 12 bulan ke depan rand Afrika Selatan hanya akan mampu menguat 2,1% saja. Kemudian lira Turki melesat 15% tetapi tentunya masih sangat jauh dibandingkan keterpurukan yang dialami tahun ini.

Kemudian Baht Thailand diperkirakan akan menguat 3,3% saja.


"Capital inflow ke negara emerging market didorong oleh kebijakan moneter di Amerika Serikat, dan pertumbuhan ekonomi emerging market didorong oleh China. Pada tahun depan, keduanya akan memberikan dampak yang kurang bagus," kata analis Citi, sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (3/12).
The Fed yang akan berpeluang menaikkan suku bunga sebanyak dua hingga tiga kali dikatakan akan meredam capital inflow ke negara emerging market. Selain itu, perekonomian China yang melambat juga akan berdampak ke pertumbuhan ekonomi negara berkembang lainnya. Sehingga, nilai tukar mata uangnya tidak akan menguat tajam.

Mata uang yuan China sendiri menjadi mata uang terbaik kedua di dunia setelah mampu menguat 2,5% melawan dolar AS. Yuan hanya kalah dari hryvnia Ukraina yang menguat 3,8%.

Tetapi di tahun depan, yuan diramal akan melemah 1,5%, akibat pelambatan ekonomi China.

Sementara itu real Brasil yang merosot nyaris 10% bahkan diperkirakan akan sulit untuk menguat.

"Ketidakpastian kebijakan fiskal dan politik di Brasil, serta normalisasi kebijakan moneter yang dilakukan di Amerika Serikat akan menahan penguatan real secara substansial dalam beberapa bulan ke depan," kata analis dari Banco Santander Brasil.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS