Indeks Dolar AS Terbang Tinggi, Rupiah Cs kok Masih Stabil?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 March 2022 15:40
ilustrasi uang
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks dolar Amerika Serikat (AS) belakangan ini terus melesat naik hingga mencapai level tertinggi sejak Mei 2020. Artinya dolar AS sedang kuat-kuatnya, tetapi nyatanya rupiah dan mata uang utama Asia lainnya masih stabil, meski ada beberapa yang melemah cukup tajam.

Melansir data Refintiv, di awal pekan ini indeks dolar AS menyentuh level 99,41, dan sepanjang tahun ini melesat lebih dari 3%.

Penguatan tajam tersebut serta merta membuat rupiah Cs jeblok. Sepanjang tahun ini hingga Selasa (8/3) rupiah hanya melemah 1% saja, yuan China dan baht Thailand bahkan masih menguat 0,54% dan 0,15%. Hanya rupee India dan won Korea Selatan yang merosot hingga lebih dari 3%.



Sentimen terhadap mata uang Asia ternyata sudah mulai bullish, yang membuatnya cukup stabil. Hal ini terlihat dari survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters.

Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.

Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.

Survei terbaru yang dirilis Kamis (24/2/2021) menunjukkan angka untuk rupiah di -0,01, berbalik dari sebelumnya 0,46.

Ini menjadi pertama kalinya pelaku pasar mengambil posisi long rupiah sejak pertengahan November tahun lalu.

Posisi long yang semakin meningkat artinya pelaku pasar semakin optimistis rupiah akan menguat ke depannya.

Hasil survei tersebut juga menunjukkan bath Thailand memimpin posisi long, disusul yuan china. Kedua mata uang itu pun sukses menguat melawan dolar AS sepanjang tahun ini.

Namun, sentimen yang positif ke mata uang Asia tersebut terganggu akibat perang Rusia - Ukraina. Survei dari Reuters dirilis di hari yang sama saat Rusia melancarkan serangan pertama ke Ukraina. Sehingga, masih belum diketahui bagaimana sentimen pelaku pasar saat ini. Survei terbaru akan dirilis pada Kamis (10/3) besok.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Rupiah Stabil Berkat Harga Komoditas Melambung

Sebelum perang Rusia dan Ukraina dimulai, harga komoditas sudah tinggi, dan akhirnya semakin terakselerasi.

Reuters melaporkan, para analis berbalik dari sebelumnya short menjadi long rupiah setelah Indonesia mencatat surplus APBN pada bulan Januari. Salah satu penyebabnya tingginya harga komoditas.

Penerimaan negara di awal tahun ini mencapai Rp 156 triliun atau tumbuh 54,9% (year on year/yoy). Kontribusi terbesar adalah penerimaan pajak dengan Rp 109,1 triliun atau tumbuh 59,4% dan bea cukai sebesar Rp 24,9 triliun atau tumbuh 99,4%.

"Ini cerita APBN di Januari yang awal dengan cerita positif dari pemulihan ekonomi dan dukungan APBN ke masyarakat," ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa (22/2/2022)

Belanja negara dilaporkan mencapai Rp 127,2 triliun atau kontraksi 13%. Rendahnya belanja negara dikarenakan kecilnya realisasi dari belanja Kementerian Lembaga (KL) dan dana desa.

Atas capaian tersebut, APBN di Januari 2022 mencatat surplus Rp 28,9 triliun atau 0,16% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Tingginya harga komoditas juga membuat transaksi berjalan Indonesia mencatat surplus sebesar US$ 1,4 miliar atau 0,4% dari produk domestik bruto (PDB) di kuartal IV-2021, lebih rendah dari kuartal sebelumnya US$ 5 miliar (1,7% dari PDB) di tiga bulan sebelumnya.

Sepanjang 2021, surplus transaksi berjalan tercatat sebesar US$ 3,3 miliar (0,3% dari PDB). Kali terakhir transaksi berjalan mencatat surplus secara tahunan yakni pada 2011 lalu.

Surplus transaksi berjalan tersebut juga memberikan sentimen positif ke rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular