Memulai awal perdagangan minggu ini, pada penutupan perdagangan Senin (7/12/2021) kemarin saham-saham perusahaan yang tercatat di Wall Street mengalami reli kenaikan, dengan Dow mampu memperbaiki koreksi yang terjadi pada minggu-minggu sebelumnya, karena investor mulai percaya diri dan mampu menekan kekhawatiran akan ancaman yang mungkin muncul dari varian baru Covid-19.
Dow Jones Industrial Average melonjak tajam, dengan S&P 500 dan Nasdaq mengekor di belakang dan masih berada di zona positif.
Dow naik 646,95 poin pada hari Senin, atau 1,87%, menjadi 35.227,03. Sementara itu, Nasdaq Composite tercatat ditutup 0,93% lebih tinggi ke level 15.225,15. S&P 500 tumbuh 1,17% menjadi 4.591,67. Sebelumnya, ketiga indeks utama AS tersebut mengakhiri perdagangan akhir pekan lalu pada posisi yang lebih rendah.
Saham terkait dengan pembukaan kembali ekonomi naik, meningkatkan sentimen pada indeks Dow. General Electric dan Boeing masing-masing naik lebih dari 3%. Chevron naik 1,5% dan Caterpillar bertambah 1,7%.
Saham rekreasi dan perhotelan mengalami peningkatan terbesar. United Airlines melonjak 8,3% dan American Airlines naik 7,8%. Royal Caribbean dan Carnival Cruise Lines naik lebih dari 8%. Saham Wynn Resorts naik 6%, sementara Marriott dan Hilton masing-masing naik lebih dari 4%. Stok pemesanan perjalanan Expedia bertambah 6,7%, dan Booking Holdings naik 5,3%.
Pergerakan tersebut mengikuti komentar Kepala Penasihat Medis Gedung Putih Dr. Anthony Fauci yang dibuat pada hari Minggu, yang menyebutkan data awal pada varian omicron "encouraging."
Komentar tersebut datang di hari yang sama ketikan Direktur CDC Dr. Rochelle Walensky mengatakan dalam wawancara televisi bahwa varian baru tersebut kini telah ditemukan di setidaknya 15 negara bagian AS, dan kurang dari dua minggu setelah Organisasi Kesehatan Dunia menetapkannya sebagai "perhatian."
"Meskipun demikian, terlalu dini untuk membuat pernyataan pasti tentang itu, sejauh ini sepertinya tidak ada tingkat keparahan yang besar untuk [omicron,]" kata Fauci.
Nasdaq, meskipun mengalami kenaikan, tetapi tertinggal dari indeks utama lain, terbebani oleh sektor perawatan kesehatan dan saham teknologi. Moderna merupakan saham dengan penurunan terbesar dalam indeks NASDAQ, turun 13,4%. AMD dan Nvidia masing-masing turun sebesar 3,4% dan 2,1%.
Tetapi ketika ketakutan investor tentang omicron memudar, beberapa saham teknologi berharga tinggi yang memulai hari dengan warna merah dan ditutup menjadi hijau. Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA, mendesak investor untuk tetap berhati-hati sampai lebih banyak data dapat memberikan lebih banyak alasan untuk optimisme.
"Laporan gejala omicron yang tidak terlalu parah meningkatkan selera risiko, tetapi terlalu dini untuk terbawa," katanya dalam sebuah catatan, dikutip CNBC Internasional.
"Sebagai contoh, kami telah melihat ini berulang kali sejak berita awal muncul lebih dari seminggu yang lalu. Pasar sangat didorong oleh berita utama, dan ini hanyalah reli terbaru di balik beberapa laporan positif."
 Foto: CNBC Volatilitas Pasar Terhadap Omicron |
Erlam juga memperingatkan bahwa sisa minggu ini bisa jadi masih tidak stabil seperti beberapa minggu terakhir.
Secara umum, sentimen soal perkembangan pemberitaan soal Covid-19 Omicron masih akan mewarnai pergerakan pasar hari ini, begitu juga dengan keberlangsungan tapering yang dilakukan oleh bank sentral AS.
Pasar keuangan global kembali dirundung sentimen Covid-19 ketika muncul varian baru bernama Omicron dari Afrika Selatan yang disebut memiliki tingkat penularan lebih tinggi dari varian Delta.
Dalam waktu yang singkat, varian tersebut sekarang sudah ditemukan di berbagai negara di belahan dunia, mulai dari AS, Eropa bahkan hingga Asia.
Adanya sentimen negatif tersebut membuat investor asing kabur dari pasar keuangan dalam negeri. Hal ini tercermin dari aksi jual bersih yang dibukukan non-residen di pasar modal domestik.
Alhasil harga salah satu aset finansial yakni harga obligasi negara terpantau turun. Mayoritas investor di pasar obligasi pemerintah RI cenderung melepas kepemilikannya kemarin, ditandai dengan menguatnya imbal hasil (yield) di hampir seluruh tenor SBN acuan.
Tekanan dan aksi jual investor asing (outflows) tersebut juga turut menekan nilai tukar rupiah. Pada periode yang sama, mata uang Garuda terdepresiasi 0,23% di hadapan greenback. Di pasar spot rupiah dibanderol Rp 14.435/US$.
Selain itu ancaman varian Omicron juga dikhawatirkan dapat menekan pertumbuhan ekonomi dunia, seperti yang diungkapkan oleh Dana Moneter International (IMF).
Selain ancaman terhadap pertumbuhan ekonomi, IMF juga mengingatkan mengenai tekanan inflasi yang menghantui ekonomi global tahun depan serta potensi stagflasi yang mungkin dapat terjadi.
Selain dari perkembangan Covid-19 Omicron, ada beberapa hal yang harus dipantau. Meskipun varian Omicron menjadi perhatian utama bagi investor di pasar keuangan global dan domestik saat ini.
Di AS misalnya, inflasi terus meningkat di sepanjang tahun ini. Pada Oktober lalu, Indeks Harga Konsumen (IHK) Paman Sam naik 6,2% year on year (yoy). Ini menjadi kenaikan tertinggi sepanjang 2021 dan bahkan tertinggi dalam dekade terakhir.
Di sisi lain, sektor ketenagakerjaan AS juga terus menunjukkan perbaikan. Per November 2021, tingkat pengangguran di AS sudah berada di level 4,2% dan menjadi level terendah sejak Maret 2020.
Dalam waktu kurang dari 2 tahun tingkat pengangguran di AS bisa turun dari 14,8% pada April 2020 menjadi ke bawah 5% sejak akhir kuartal III tahun ini.
Lewat perkembangan tersebut, ada kemungkinan The Fed akan mempercepat laju tapering dan diikuti dengan kenaikan suku bunga acuan yang lebih awal serta agresif.
Sebelumnya The Fed resmi mengumumkan tapering pada November dengan laju US$ 15 miliar per bulan. Jika secara mendadak The Fed akan berubah jauh lebih agresif untuk mengetatkan kebijakan moneter, bsia jadi pasar bereaksi negatif.
Risiko lain juga datang dari AS adalah kelanjutan debt ceiling atau plafon utang AS. Setelah diperpanjang hingga awal Desember sekarang adalah momen penentuan.
Jika plafon utang AS tak segera dinaikkan maka AS berpeluang mengalami gagal bayar pada surat utang jangka pendeknya pada 21 Desember.
Adanya default ini bisa memicu terjadinya penurunan rating kredit AS yang membuat yield obligasi negara AS naik. Sebagai aset keuangan yang dianggap risk free, tentu saja ini bisa menjalar ke pasar keuangan global.
Selanjutnya dari dalam negeri sentimen kecil datang dari regulasi baru yang diterapkan otoritas bursa yang menghapus kode broker di running trade. Meskipun transaksi bursa tercatat meningkat pada perdagangan kemarin, Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) menilai penghapusan kode broker pada running trade dapat mengubah kebiasaan bertransaksi trader saham dalam negeri. Para trader dan investor dinilai akan lebih memperhatikan penilaian fundamental dan teknikal saham, ketimbang hanya mengikuti aktivitas transaksi broker.
Ketua Umum APEI Karman Pamurahardjo mengatakan perubahan ini baru akan terlihat secara jangka menengah dan panjang. Sebab, di tahap awal ini trader masih mempelajari dan mencari kebiasaan baru dalam bertransaksi.
Adapun sentimen positif untuk pekan ini datang dari para peneliti kesehatan yang menyebutkan bahwa varian baru yang memiliki tingkat penularan tinggi, Omicron, menimbulkan gejala yang lebih ringan.
Sebuah penelitian kecil terhadap orang-orang yang dirawat di rumah sakit selama wabah varian Omicron di Afrika Selatan menemukan gejala yang lebih ringan daripada gelombang Covid-19 sebelumnya, meskipun peneliti dan dan ilmuwan secara lebih luas, memperingatkan bahwa masih terlalu dini untuk dapat dikatakan dengan pasti jika strain baru yang menyebar cepat kurang ganas dari pendahulunya.
Selain itu kabar baik kedua datang dari Presiden AS Joe Biden yang tidak mengambil langkah keras dan menegaskan tidak akan melakukan lockdown di tengah kekhawatiran varian virus baru.
"Kami akan melawan varian ini dengan ilmu pengetahuan dan kecepatan. Bukan kekacauan dan kebingungan," tegas Biden, sebagaimana diwartakan Reuters.
Kebijakan yang ditempuh pemerintahan Biden adalah pelancong yang masuk ke AS wajib dites sebelum keberangkatan dengan hasil negatif, meski sudah divaksin. Penggunaan masker diwajibkan di pesawat, kereta api, dan transportasi umum lainnya.
Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:
Data Neraca Transaksi Berjalan Korea Selatan Oktober (06.00 WIB)
Data Pengeluaran Rumah Tangga Jepang Oktober (06.30 WIB)
Data Cadangan Devisa Jepang November (06.50 WIB)
Data Total Penjualan Kendaraan AS November (07.00 WIB)
Penjualan Ritel Inggris November (07.00 WIB)
Indeks Harga Rumah (HPI) Australia Kuartal III (07.30 WIB)
Data Ekspor-Impor dan Neraca Perdagangan China November (10.00 WIB)
Data Penjualan Sepeda Motor Indonesia Oktober (10.00 WIB)
Data Cadangan Devisa RI November (10.00 WIB)
Pengumuman Suku Bunga oleh Bank Sentral Australia (10.30 WIB)
Indeks Harga Rumah (HPI) Inggris Kuartal III (14.00 WIB)
Data Neraca Transaksi Berjalan dan Neraca Perdagangan Prancis Oktober (14.45 WIB)
Data Cadangan Devisa China November (15.00 WIB)
Laju Pertumbuhan PDB dan Data Ketenagakerjaan Uni Eropa (17.00 WIB)
Data Ekspor-Impor dan Neraca Perdagangan Kanada Oktober (20.30 WIB)
Data Ekspor-Impor dan Neraca Perdagangan AS Oktober (20.30 WIB)
Hari ini setidaknya terdapat enam agenda korporasi yang akan dilaksanakan mulai dari pencatatan perdana (IPO) di bursa saham, pembagian dividen hingga rapat umum tahunan. Berikut adalah daftar perusahaan yang akan melaksanakan agenda korporasi hari ini.
IPO PT RMK Energy Tbk (RMKE)
Cum date rights issue PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU)
Cum date dividen tunai PT Eastparc Hotel Tbk (EAST)
Cum date dividen tunai PT Formosa Ingredient Factory Tbk (BOBA)
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Alumindo Light Metal Industry (ALMI)
Terakhir, berikut adalah sejumlah indikator perekonomian nasional: