Musim Dingin Nggak Adem-adem Amat, Batu Bara Gagal 'Panas'

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 December 2021 07:14
Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara
Foto: Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara turun pada perdagangan akhir pekan lalu. Sepanjang minggu kemarin, harga si batu hitam bahkan turun sangat tajam.

Akhir pekan lalu, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 151,5/ton. Berkurang 1,69% dibandingkan hari sebelumnya.

Secara mingguan, harga batu bara ambles 13,92% point-to-point. Sebelumnya, harga batu bara sempat melesat dua pekan beruntun. Dalam dua pekan tersebut, harga meroket 19,52%.

Oleh karena itu, menjadi wajar harga batu bara tertekan. Sebab keuntungan yang dijanjikan lumayan tinggi, nyaris 20%. Investor tentu tergiur untuk menjual kontrak batu bara dan ini yang membuat harga anjlok.

Selain itu, penyebab koreksi batu bara adalah musim dingin di belahan bumi utara yang sepertinya lebih hangat. Di Amerika Serikat (AS), suhu udara musim dingin 2021 kemungkinan lebih hangat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

"Seiring dengan La Nina yang terjadi pada musim dingin kali ini, kami mengantisipasi suhu udara di bawah terjadi hanya di sebagian wilayah utara AS. Sementara sebagian besar wilayah laiinnya mengalami suhu udara yang lebih tinggi," ungkap Jon Gottschalk, Chief Operational Prediction Branch di US National Oceanic and Atmospheric Adminstration, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

winterFoto: US NOAA
winter

Musim dingin yang lebih hangat ini membuat kebutuhan penghangat ruangan tidak terlalu besar. Ini membuat konsumsi listrik pun tidak melonjak tajam.

Hasilnya, harga komoditas energi untuk pembangkit listrik bertumbangan. Tidak hanya batu bara, harga gas alam ambrol 30,02% dan minyak jenis brent turun 2,3%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular