Lagi-Lagi Turun, Dolar Australia Kalah Angin Lawan Rupiah!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Jumat, 03/12/2021 12:55 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Australia masih melemah melawan rupiah pada perdagangan Jumat (3/12), padahal bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) diprediksi akan menaikkan suku bunga lebih cepat.

Melansir data Refinitv, pada pukul 11:33 WIB dolar Australia melemah 0,17% ke Rp 10.178,65/AU$ di pasar spot. Sepanjang bulan November, dolar Australia merosot sekitar 4,5%, dan Selasa (30/11) lalu, sempat merosot ke Rp 10.111/AU$ yang merupakan level terendah sejak Juli tahun lalu.

Penurunan tajam tersebut terjadi setelah RBA di awal bulan November lalu mengesampingkan kemungkinan kenaikan suku bunga di tahun depan.


"Data dan proyeksi terbaru tidak menjamin kenaikan suku bunga di tahun 2022. Dewan gubernur masih bersabar," kata Gubernur RBA Philip Lowe, saat pengumuman kebijakan moneter, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (2/11).

Dalam acara Australian Business Economists Webinar dua pekan setelahnya Lowe kembali menegaskan pernyataannya yang membuat dolar Australia jeblok, yakni tidak akan menaikkan suku bunga di tahun depan.

"Saya ingin mengulangi apa yang saya katakan dua pekan lalu, yakni, data dan proyeksi terbaru tidak menjamin kenaikan suku bunga di 2022," kata lowe sebagaimana dilansir ABC News, Selasa (16/11). 

Lowe mengatakan para anggota dewan RBA masih bersabar, bahkan ada kemungkinan suku bunga tidak dinaikkan hingga 2024.

"Masih sangat mungkin kenaikan suku bunga pertama tidak akan terjadi sebelum 2024" tambahnya.

Meski demikian, survei terbaru dari Reuters menunjukkan RBA diperkirakan akan menaikkan suku bunga di tahun 2023.

"Melihat kenaikan inflasi di Australia dan negara lainnya di dunia, RBA kini diprediksi akan menaikkan suku bunga dari rekor terendah saat ini 0,1% pada kuartal I-2023," sebagaimana diwartakan FX Street, Jumat (3/12).

Survei tersebut dilakukan Reuters pada 29 November hingga 2 Desember, dengan 35 ekonom.

Tidak hanya sekali, RBA juga diprediksi akan agresif menaikkan suku bunga. Kenaikan berikutnya diperkirakan terjadi di kuartal II-2023, sebesar 25 basis poin (0,25%) sehingga menjadi 0,5%, dan selanjutnya di penghujung 2023 dinaikkan lagi sebesar 25 basis poin.

Meski demikian, RBA tetap akan kalah cepat ketimbang Bank Indonesia (BI). Sebab BI diperkirakan akan menaikkan suku bunga di tahun depan. Hal itu yang membuat dolar Australia masih terus melemah melawan rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor