IHSG Rontok, Asing Kabur & Obral Saham-saham Big Cap

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
01 December 2021 17:15
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG, Senin (22/11/2021) (CNBC Indonesia/Muhammad sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG (CNBC Indonesia/Muhammad sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup melemah pada penutupan perdagangan Rabu (1/12/2021), karena pelaku pasar di dalam negeri khawatir bahwa pandemi virus corona (Covid-19) diperkirakan memburuk dalam beberapa bulan ke depan.

Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melemah 0,4% ke level 6.507,68. Di awal perdagangan hari ini, IHSG sempat menguat dan hampir tembus level psikologis 6.600. Namun sekitar pukul 11:00 WIB, IHSG langsung berbalik arah ke zona merah dan tak kunjung kembali ke zona hijau hingga akhir perdagangan hari ini.

Data perdagangan mencatat nilai transaksi IHSG pada hari ini cenderung menurun menjadi Rp 16,4 triliun. Sebanyak 174 saham menguat, 371 saham melemah, dan 122 saham flat.

Investor asing kembali melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 591 miliar di pasar reguler pada perdagangan hari ini.

Asing tercatat melepas sekitar empat saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) di atas Rp 100 triliun pada hari ini, yakni saham PT Astra International Tbk (ASII), saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).

Selain melepas empat saham big cap pada hari ini, asing juga melepas saham e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dan saham emiten produsen semen Tiga Roda PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP).

Berikut saham-saham yang dilepas oleh investor asing pada hari ini.

Net Sell Asing

Sementara dari pembelian bersih, asing tercatat masih mengoleksi saham emiten telekomunikasi big cap yakni PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).

Selain itu, asing juga mengoleksi saham bank big cap terjumbo yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan saham emiten konsumer anak usaha Indofood yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).

Asing juga mengoleksi saham emiten batu bara PT Bukit Asam Tbk (PTBA), saham emiten menara telekomunikasi Grup Djarum yakni PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), dan saham emiten properti induk Ciputra Group yakni PT Ciputra Development Tbk (CTRA).

Adapun saham-saham yang dikoleksi oleh investor asing pada hari ini adalah:

Net Buy Asing

Pada hari ini, IHSG justru melemah disaat bursa saham utama Asia secara mayoritas menguat. Indeks Nikkei Jepang menguat 0,4%, Hang Seng Hong Kong melesat 0,78%, Shanghai Composite China bertambah 0,38%, Straits Times Singapura melonjak 1,9%, dan KOSPI Korea Selatan merket 2,14%.

Pelaku pasar di dalam negeri masih mencermati perkembangan varian Covid-19 Omicron yang menjadi risiko terbesar ekonomi dan pasar keuangan global.

Sementara itu dari dalam negeri, sentimen datang dari rilis data ekonomi berupa data aktivitas manufaktur dan inflasi pada periode November 2021.

IHS Markit mencatat Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Manager's Index/PMI) manufaktur Indonesia turun ke level 53,9 di bulan November 2021, dari sebelumnya di angka 57,2 pada Oktober lalu.

Meskipun menurun, tetapi aktivitas manufaktur RI masih tercatat ekspansif dan mencatatkan kenaikan di atas 50 selama 3 bulan beruntun di tengah penurunan tren Covid-19 di dalam negeri.

Kemudian dari sisi inflasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan terjadi inflasi sebesar 1,75% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada November 2021. Ini menjadi inflasi tertinggi di sepanjang tahun 2021 dan lebih tinggi dari konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia.

Jika melihat faktor musiman Desember, maka kecenderungan IHSG mencatatkan koreksi terbilang sangat minim. Dalam 10 tahun terakhir, kinerja bulanan IHSG konsisten positif dengan rerata imbal hasil 3,23%.

Salah satu faktor pendorong fenomena ini adalah aktivitas mempercantik portofolio para fund manager yang lebih dikenal dengan istilah window dressing. Biasanya, kenaikan IHSG juga akan dilanjutkan ke awal tahun berikutnya dan fenomena ini dinamai January Effect.

Saham-saham yang menjadi sasaran window dressing bulan Desember adalah saham blue chip yang nilai kapitalisasi pasarnya tergolong besar, sehingga bobotnya terhadap indeks juga besar.

Namun, tak bisa dipungkiri bahwa varian Omicron menjadi risiko terbesar bagi ekonomi dan pasar. Apabila varian Omicron yang sudah ditemukan di Eropa dan Asia ini semakin menyebar dan meningkatkan jumlah kasus infeksi serta kematian secara signifikan, maka bukan tak mungkin rem darurat akan ditarik lagi oleh pemerintah global.

Pembatasan kegiatan masyarakat yang lebih ketat bakal kembali membuat ekonomi terpuruk dan aset berisiko seperti saham diobral murah. Pada akhirnya, angan-angan IHSG untuk cetak rekor all time high (ATH) baru bisa saja tak tercapai. Ini adalah skenario terburuknya ya tapi! Tentu kita semua berharap hal tersebut tak terjadi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Lesu Lagi, Asing Borong BBCA-TLKM & Lepas BUKA-ISAT

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular