Gagal Move On, IHSG Merah Dihantui Virus Omicron

Putra, CNBC Indonesia
01 December 2021 15:18
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,40% ke level 6.507,68 pada perdagangan hari ini, Rabu (1/12/2021).

Saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) menjadi dua saham yang paling banyak diborong asing dengan net buy sebesar Rp 114,7 miliar dan Rp 72,2 miliar.

Sedangkan saham yang banyak dilepas asing ada saham PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dengan net sell sebesar Rp 130 miliar dan Rp 112 miliar.

Di awal-awal perdagangan IHSG sempat menguat dan hampir tembus level psikologis 6.600. Indeks bergerak di rentang terendahnya di 6.494,50 dan tertingginya di 6.593,07.

Data perdagangan mencatat 174 saham menguat, 371 saham melemah dan 122 stagnan. Nilai transaksi hampir tembus Rp 16,09 triliun dan asing net sell Rp 559,42 miliar di pasar reguler.

IHSG justru melemah ketika mayoritas bursa saham utama Asia menguat. Padahal semalam tiga indeks acuan utama melemah hampir 2% sendiri.

Pasar masih mencermati perkembangan varian Covid-19 Omicron yang menjadi risiko terbesar ekonomi dan pasar keuangan global.

Dari dalam negeri sentimen datang dari rilis data ekonomi berupa PMI manufaktur dan inflasi.

IHS Markit mencatat PMI manufaktur Indonesia turun ke level 53,9 di bulan November 2021 dari 57,2 di bulan sebelumnya. Meskipun menurun, aktivitas manufaktur masih tercatat ekspansif dan mencatatkan kenaikan di atas 50 selama 3 bulan beruntun di tengah penurunan tren Covid-19 di dalam negeri.

Kemudian dari sisi inflasi, BPS mengumumkan terjadi inflasi sebesar 1,75% year on year (yoy) pada November 2021. Ini menjadi inflasi tertinggi di sepanjang tahun 2021 dan lebih tinggi dari konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia.

Jika melihat faktor musiman Desember maka kecenderungan IHSG mencatatkan koreksi terbilang sangat minim. Dalam 10 tahun terakhir kinerja bulanan IHSG konsisten positif dengan rerata imbal hasil 3,23%.

Salah satu faktor pendorong fenomena ini adalah aktivitas mempercantik portofolio para fund manager yang lebih dikenal dengan istilah window dressing. Biasanya kenaikan IHSG juga akan dilanjutkan ke awal tahun berikutnya dan fenomena ini dinamai January Effect.

Saham-saham yang menjadi sasaran window dressing bulan Desember adalah saham blue chip yang nilai kapitalisasi pasarnya besar sehingga bobotnya terhadap indeks juga besar.

Namun tak bisa dipungkiri bahwa varian Omicron menjadi risiko terbesar bagi ekonomi dan pasar. Apabila varian Omicron yang sudah ditemukan di Eropa dan Asia ini semakin menyebar dan meningkatkan jumlah kasus infeksi serta kematian secara signifikan, maka bukan tak mungkin rem darurat akan ditarik lagi oleh pemerintah global.

Lockdown bakal kembali membuat ekonomi terpuruk dan aset berisiko seperti saham diobral murah. Pada akhirnya angan-angan IHSG untuk cetak rekor all time high baru bisa saja tak tercapai. Ini adalah skenario terburuknya ya tapi! Tentu kita semua berharap hal tersebut tak terjadi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Dibuka Hijau, IHSG Sempat Sentuh Rekor Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular