Saham Properti Ambles Barengan, Apa Pemicunya?

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
01 December 2021 11:24
Awal Desember 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat capaian Program Satu Juta Rumah sebanyak 765.120 unit rumah, didominasi oleh pembangunan rumah bagi  masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar 70 persen, atau sebanyak 619.868 unit, sementara rumah non-MBR yang terbangun sebesar 30 persen, sebanyak 145.252 unit.
Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sekitar 20 persen merupakan rumah yang dibangun oleh Kementerian PUPR berupa rusunawa, rumah khusus, rumah swadaya maupun bantuan stimulan prasarana dan utilitas (PSU), 30 persen lainnya dibangun oleh pengembang perumahan subsidi yang mendapatkan fasilitas KPR FLPP, subsisdi selisih bunga dan bantuan uang muka. Selebihnya dipenuhi melalui pembangunan rumah non subsidi oleh pengembang.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengungkapkan, rumah tapak masih digemari kelas menengah ke bawah.
Kontribusi serapan properti oleh masyarakat menengah ke bawah terhadap total penjualan properti mencapai 70%.
Serapan sebesar 200.000 unit ini, akan terus meningkat pada tahun 2018 menjadi 250.000 unit.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten properti melorot ke zona merah pada lanjutan sesi I perdagangan hari ini, Rabu (1/12/2021). Sebagian dari saham-saham tersebut tampaknya terkena aksi ambil untung (profit taking) investor setelah menguat pada perdagangan sebelumnya.

Indeks sektor properti (IDXPROPERT) menjadi indeks sektoral paling ambles nomor dua, yakni minus 0,82%.

Berikut pelemahan saham properti, berdasarkan Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.50 WIB.

  1. Pollux Properties Indonesia (POLL), saham -7,00%, ke Rp 1.860/saham

  2. Ciputra Development (CTRA), -3,81%, ke Rp 1.010/saham

  3. Trimitra Prawara Goldland (ATAP), -3,43%, ke Rp 169/saham

  4. Royalindo Investa Wijaya (INDO), -3,42%, ke Rp 113/saham

  5. Bumi Serpong Damai (BSDE), -3,23%, ke Rp 1.050/saham

  6. Summarecon Agung (SMRA), -2,87%, ke Rp 845/saham

  7. Lippo Cikarang (LPCK), -2,50%, ke Rp 1.365/saham

  8. Surya Semesta Internusa (SSIA), -2,05%, ke Rp 478/saham

  9. Metropolitan Land (MTLA), -1,99%, ke Rp 394/saham

  10. Bukit Darmo Property (BKDP), -1,96%, ke Rp 50/saham

  11. Sentul City (BKSL), -1,56%, ke Rp 63/saham

  12. Agung Podomoro Land (APLN), -1,55%, ke Rp /127saham

  13. Bekasi Asri Pemula (BAPA), -1,45%, ke Rp 68/saham

  14. Andalan Sakti Primaindo (ASPI), -1,43%, ke Rp 69/saham

  15. Lippo Karawaci (LPKR), -1,35%, ke Rp 146/saham

  16. Pakuwon Jati (PWON), -1,22%, ke Rp 486/saham

  17. Alam Sutera Realty (ASRI), -0,58%, ke Rp /saham

Saham POLL menjadi yang paling ambles, yakni hingga menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) 7,00%, dengan nilai transaksi Rp 7,26 miliar pagi ini. Kemarin, saham POLL sebenarnya 'hanya' naik 2,83%.

Sebelum ini, selama 25-29 November saham POLL merosot secara beruntun usai melesat 9,02% pada Rabu (24/11) pekan lalu.

Setali tiga uang, saham CTRA juga jeblok hingga minus 3,81%. Saham CTRA memang sedang dalam fase penurunan setelah sempat melesat hingga Rp 1.180/saham pada pertengahan November lalu, yang merupakan level tertinggi setidaknya dalam 6 bulan terakhir.

Di bawah saham CTRA, ada 2 saham emiten berkapitalisasi pasar kecil (di bawah Rp 500 miliar), ATAP dan INDO yang masing-masing merosot 3,43% dan 3,42%.

Bagi saham ATAP, ini adalah penurunan dalam 3 hari beruntun, usai melonjak 17,44% pada Jumat (26/11) pekan lalu.

Sementara, untuk saham INDO, ini adalah pelemahan dalam 9 hari berturut-turut.

Saham BSDE juga tercatat turun 3,23% di tengah nilai transaksi jumbo Rp 15,23 miliar. Mirip dengan saham CTRA, saham BSDE cenderung melorot setelah menyentuh level Rp 1.215/saham pada 17 November--yang merupakan level tertinggi sejak Mei 2021.

Kendati melorot, masih terdapat sentimen positif untuk sektor properti, salah satunya adalah sejumlah insentif dari pemerintah seperti kelonggaran LTV 0% bagi uang muka pembelian rumah menjadi katalis positif bagi emiten di sektor ini.

Namun, memang, pandemi Covid-19 tampaknya masih menahan pertumbuhan penjualan properti, khususnya residensial, Tanah Air.

Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia yang terbit pada 12 November mengindikasikan harga properti residensial tumbuh terbatas pada triwulan III 2021.

Hal ini tercermin dari kenaikan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan III 2021 sebesar 1,41% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 1,49% (yoy). Pada triwulan IV 2021, BI memprakirakan, harga properti residensial primer masih tumbuh terbatas sebesar 1,19% (yoy).

Kemudian, dari sisi penjualan, hasil survei mengindikasikan, penjualan properti residensial di pasar primer pada triwulan III 2021 masih tertahan. Hal ini tercermin dari penjualan properti residensial pada triwulan III 2021 yang terkontraksi 15,19% (yoy). Penurunan penjualan properti residensial terutama terjadi pada tipe rumah kecil.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Emiten 'Receh' Properti Ngamuk, Ada Apa Ini?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular