
Saham Properti Ambles Barengan, Apa Pemicunya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten properti melorot ke zona merah pada lanjutan sesi I perdagangan hari ini, Rabu (1/12/2021). Sebagian dari saham-saham tersebut tampaknya terkena aksi ambil untung (profit taking) investor setelah menguat pada perdagangan sebelumnya.
Indeks sektor properti (IDXPROPERT) menjadi indeks sektoral paling ambles nomor dua, yakni minus 0,82%.
Berikut pelemahan saham properti, berdasarkan Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.50 WIB.
Pollux Properties Indonesia (POLL), saham -7,00%, ke Rp 1.860/saham
Ciputra Development (CTRA), -3,81%, ke Rp 1.010/saham
Trimitra Prawara Goldland (ATAP), -3,43%, ke Rp 169/saham
Royalindo Investa Wijaya (INDO), -3,42%, ke Rp 113/saham
Bumi Serpong Damai (BSDE), -3,23%, ke Rp 1.050/saham
Summarecon Agung (SMRA), -2,87%, ke Rp 845/saham
Lippo Cikarang (LPCK), -2,50%, ke Rp 1.365/saham
Surya Semesta Internusa (SSIA), -2,05%, ke Rp 478/saham
Metropolitan Land (MTLA), -1,99%, ke Rp 394/saham
Bukit Darmo Property (BKDP), -1,96%, ke Rp 50/saham
Sentul City (BKSL), -1,56%, ke Rp 63/saham
Agung Podomoro Land (APLN), -1,55%, ke Rp /127saham
Bekasi Asri Pemula (BAPA), -1,45%, ke Rp 68/saham
Andalan Sakti Primaindo (ASPI), -1,43%, ke Rp 69/saham
Lippo Karawaci (LPKR), -1,35%, ke Rp 146/saham
Pakuwon Jati (PWON), -1,22%, ke Rp 486/saham
Alam Sutera Realty (ASRI), -0,58%, ke Rp /saham
Saham POLL menjadi yang paling ambles, yakni hingga menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) 7,00%, dengan nilai transaksi Rp 7,26 miliar pagi ini. Kemarin, saham POLL sebenarnya 'hanya' naik 2,83%.
Sebelum ini, selama 25-29 November saham POLL merosot secara beruntun usai melesat 9,02% pada Rabu (24/11) pekan lalu.
Setali tiga uang, saham CTRA juga jeblok hingga minus 3,81%. Saham CTRA memang sedang dalam fase penurunan setelah sempat melesat hingga Rp 1.180/saham pada pertengahan November lalu, yang merupakan level tertinggi setidaknya dalam 6 bulan terakhir.
Di bawah saham CTRA, ada 2 saham emiten berkapitalisasi pasar kecil (di bawah Rp 500 miliar), ATAP dan INDO yang masing-masing merosot 3,43% dan 3,42%.
Bagi saham ATAP, ini adalah penurunan dalam 3 hari beruntun, usai melonjak 17,44% pada Jumat (26/11) pekan lalu.
Sementara, untuk saham INDO, ini adalah pelemahan dalam 9 hari berturut-turut.
Saham BSDE juga tercatat turun 3,23% di tengah nilai transaksi jumbo Rp 15,23 miliar. Mirip dengan saham CTRA, saham BSDE cenderung melorot setelah menyentuh level Rp 1.215/saham pada 17 November--yang merupakan level tertinggi sejak Mei 2021.
Kendati melorot, masih terdapat sentimen positif untuk sektor properti, salah satunya adalah sejumlah insentif dari pemerintah seperti kelonggaran LTV 0% bagi uang muka pembelian rumah menjadi katalis positif bagi emiten di sektor ini.
Namun, memang, pandemi Covid-19 tampaknya masih menahan pertumbuhan penjualan properti, khususnya residensial, Tanah Air.
Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia yang terbit pada 12 November mengindikasikan harga properti residensial tumbuh terbatas pada triwulan III 2021.
Hal ini tercermin dari kenaikan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan III 2021 sebesar 1,41% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 1,49% (yoy). Pada triwulan IV 2021, BI memprakirakan, harga properti residensial primer masih tumbuh terbatas sebesar 1,19% (yoy).
Kemudian, dari sisi penjualan, hasil survei mengindikasikan, penjualan properti residensial di pasar primer pada triwulan III 2021 masih tertahan. Hal ini tercermin dari penjualan properti residensial pada triwulan III 2021 yang terkontraksi 15,19% (yoy). Penurunan penjualan properti residensial terutama terjadi pada tipe rumah kecil.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Emiten 'Receh' Properti Ngamuk, Ada Apa Ini?