Saham Apple Tahan Banting Daripada Google Cs, Apa Rahasianya?
Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah ambruknya saham-saham teknologi di Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (30/11/2021) kemarin waktu AS, saham produsen gadget iPhone, yakni Apple Inc. malah ditutup melesat sendirian.
Saham Apple ditutup melesat 3,16% ke level US$ 165,30/unit pada perdagangan Selasa kemarin waktu setempat, di saat saham teknologi lainnya terjatuh akibat kekhawatiran investor terhadap varian virus corona (Covid-19) baru, yakni Omicron.
Saham teknologi besar lainnya seperti Google, Amazon, Meta (sebelumnya Facebook) dan Microsoft ditutup ambruk pada perdagangan kemarin.
Adapun sepanjang tahun ini (year-to-date/YTD), saham Apple telah melesat hingga mencapai 25%.
Menurut Laura Martin, analis senior di Needham mengatakan kepada CNBC International bahwa investor yang cenderung beralih ke saham Apple pada perdagangan kemarin karena perusahaan memiliki arus kas yang luar biasa, yang memungkinkannya untuk menahan setiap perlambatan ekonomi dan mengambil keuntungan dari penurunan harga.
"Kualitas perusahaan yang anda ketahui akan tahan badai, tidak bangkrut, dan tidak mengalami kesulitan keuangan," kata Martin, dikutip dari CNBC International.
Tetapi, Martin mencatat bahwa saham teknologi berkapitalisasi besar lainnya sebenarnya tidak mengalami penurunan harga sebanyak perusahaan teknologi kecil.
Martin pun menambahkan bahwa Apple yang kini sedang memperkenalkan produk baru dapat mendorong pertumbuhan baru bagi perusahaan itu sendiri maupun sektor teknologi di AS.
"Kritik terbesar Apple selama lima tahun terakhir adalah tidak adanya produk baru, ketika anda melihat adanya produk baru, banyak kegembiraan di sana, terutama di pers hari ini tentang bagaimana mereka akan memperkenalkan kacamata augmented reality (AR) di WWDC berikutnya di Juni tahun depan," kata Martin.
Martin mengatakan ada indikasi bahwa produk Apple saat ini, terutama model iPhone Pro terjual dengan baik dan berpotensi mendorong positifnya kinerja keuangan Apple pada kuartal IV-2021.
Apple mengatakan pada Oktober lalu bahwa mereka mengharapkan dapat mencetak rekor pendapatan pada kuartal pertama fiskal tahun ini, dari sebelumnya pada tahun lalu sebesar US$ 111,4 miliar dalam penjualan, meskipun sedikit terpengaruh akibat kendala pasokan chip.
"Banyak angka yang sangat bagus keluar dari ritel tentang bagaimana produk tersebut dijual. Produk Tablet, terutama iPhone kelas atas yang semuanya mengatakan mereka akan memiliki marjin tinggi dan pendapatan tinggi untuk kuartal keempat tahun ini," kata Martin, dilansir dari CNBC International.
Apple menggunakan arus kasnya tidak hanya untuk berinvestasi dalam produk baru, tetapi juga digunakan untuk mengembalikan modal kepada pemegang saham melalui dividen dan pembelian kembali (buyback), di mana hal tersebut dapat membantu menjaga harga saham tetap stabil.
Sementara itu menurut Toni Sacconaghi, Senior Research Analyst di Bernstein Research mengatakan dalam sebuah catatan kepada pemegang saham Apple pada awal bulan ini bahwa dia mengharapkan Apple untuk terus membeli kembali saham selama lima tahun ke depan.
"Analisis kami menunjukkan bahwa Apple kemungkinan akan dapat terus membeli kembali sahamnya sekitar 3-4% per tahun hingga akhir 2026, sambil meningkatkan dividen per sahamnya sebesar 10% per tahun tanpa mengambil utang bersih di neracanya," kata Sacconaghi mengatakan dalam catatannya pada 17 November lalu kepada investor Apple.
(chd/chd)