Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara turun lagi. Harga si batu hitam sudah turun tiga hari beruntun, dan koreksinya tidak main-main. Longsor...
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 142,14/ton. Ambles 8,88% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Kini harga batu bara sudah ambles selama tiga hari berturut-turut. Selama tiga hari tersebut, harga anjlok 22,95%. Wow...
Akan tetapi, koreksi ini didahului oleh reli panjang. Sebelumnya, harga batu bara sempat naik delapan hari perdagangan beruntun. Dalam delapan hari itu, harga meroket 26,59%.
So, wajar jika investor tergiur. Cuan 26,59% bukan sedikit, sehingga layak untuk dicairkan. Aksi ambil untung (profit taking) ini yang sepertinya membuat harga batu bara jatuh.
Halaman Selanjutnya --> Xi Jinping Bakal Tambah Galak ke Batu Bara
Selain itu, kabar dari China juga menjadi penyebab kerontokan harga batu bara. Mengutip Reuters, pemerintah China disebut-sebut sedang memikirkan cara lain untuk mengontrol harga batu bara.
Sebelumnya, pemerintahan Presiden Xi Jinping melakukan berbagai cara agar harga batu bara bisa lebih murah. Menggenjot produksi, memberikan sanksi bagi produsen yang tidak memenuhi kuota produksi tertentu, sampai pengawasan di lapangan oleh aparat keamanan ditempuh.
China memang berkepentingan menekan harga batu bara. Sekitar 60% pembangkit listrik di Negeri Tirai Bambu menggunakan batu bara sebagai sumber energi primer. Mahalnya harga batu bara membuat pasokan listrik sempat tersendat sehingga menyebabkan tekanan inflasi yang tidak perlu.
Melihat harga batu bara yang sempat naik delapan hari beruntun, Beijing tidak tinggal diam. Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional China (NDRC) memanggil para produsen batu bara untuk merumuskan mekanisme pengendalian harga yang efektif.
"Setelah beberapa hari kenaikan harga batu bara yang tidak normal, sudah saatnya meningkatkan effektivitas mekanisme pembentukan harga batu bara. Para peserta pertemuan sepakat untuk mengendalikan harga batu bara ke kisaran yang wajar," tegas keterangan tertulis NDRC.
TIM RISET CNBC INDONESIA