
Banyak Taipan Akuisisi Bank, Begini Respons OJK

Jakarta, CNBC Indonesia - Belakangan ini ramai konglomerasi besar Tanah Air yang mengakuisisi bank. Setelah sebelumnya GoTo memiliki saham di bank digital PT Bank Jago Tbk (ARTO), kemudian induk Shopee, Sea Limited (Sea Grup) menjadi pemegang saham PT Bank Kesejahteraan Ekonomi (Bank BKE), dan kini, Grup Emtek mengakuisisi 93% saham PT Bank Fama International melalui anak usahanya, PT Elang Media Visitama (EMV).
Melihat fenomena tersebut, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Heru Kristiyana menyampaikan, bisnis bank di Indonesia kenyataannya memang menarik.
Hal ini terlihat dari banyaknya minat investor yang berminat untuk melakukan merger maupun akuisisi bank di Tanah Air untuk dikembangkan menjadi bank digital.
"Ternyata trennya seperti itu, didukung percepatan digitalisasi, sehingga memang bank kita sangat menarik dikembangkan untuk menjadi bank-bank digital," kata Heru, Selasa (30/11/2021).
Heru menegaskan, OJK menyambut positif siapa saja investor yang akan mengakuisisi bank di dalam negeri. Hanya saja, OJK akan melakukan uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) terlebih dahulu dan menekankan beberapa aspek yang menjadi penilaian, yakni, ultimate shareholder harus memiliki rekam jejak yang baik.
"Saya welcome saja, saya tidak pernah dikotomikan siapa pemiliknya, yang penting pemilik bank itu harus fit and proper," ujarnya.
Selanjutnya, pemilik bank tersebut harus mempunyai kemampuan keuangan yang dapat mendukung perkembangan bank, komitmennya dalam jangka panjang, termasuk mengatasi berbagai permasalahan yang berpotensi terjadi di kemudian hari, misalnya dari sisi solvabilitas bank.
"Kita akan pilah-pilah, mana yang cocok," katanya.
Sebelumnya, Heru menuturkan, maraknya akuisisi oleh konglomerasi akan turut membantu konsolidasi bisnis perbankan.
Selanjutnya, tuntutan masyarakat akan kehadiran bank-bank digital semakin besar seiring dengan perubahan perilaku. Dia menilai, bank digital tentunya akan memerlukan permodalan yang besar, sehingga mengundang investor strategis seperti misalnya konglomerasi.
"Ini kan nanti jadi kolaborasi, investor yang mempunyai teknologi lebih bagus dengan bank yang diambilalih. Sehinggga, investor bisa mengembangkan bank lebih baik lagi ke depan," tuturnya.
Heru pun menilai, seiring dengan perubahan perilaku masyarakat yang menghendaki digitallisasi di sektor perbankan, hal inilah yang dijadikan peluang oleh investor untuk mengembangkan bisnis bank digital.
"Investor jeli melihat perkembangan kebiasaan masyarakat, kalau mereka mengambialih atau akuisisi bank pasti bisa melayani masyarakat dengan baik. Kalau konvensional tidak mendapat sambutan dari masyarakat, mereka sudah jeli memandang akuisisi dan menjadikan bank digital," pungkasnya.
(sys/sys)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sstt...OJK Bikin Tim Khusus Awasi Konglomerasi! Ada Apa Ya?
