Duh! Satu Lagi Pengembang China Bermasalah, Terancam Bangkrut

Feri Sandria, CNBC Indonesia
29 November 2021 14:30
Fantasia Holdings (Dok. Weibo)
Foto: Fantasia Holdings (Dok. Weibo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Fantasia Holdings Group mengatakan anak perusahaan utama menghadapi permohonan penutupan (winding up petition) yang diajukan oleh krediturnya, yang mana jika dikabulkan dapat memaksa pengembang China yang terlilit utang ke dalam kebangkrutan.

Pengembang yang berbasis di Shenzhen mengatakan dalam pengajuan bursa pada Kamis malam bahwa petisi itu terkait dengan pinjaman US$ 149 juta (Rp 2,13 triliun) di mana Fantasia Investment Holdings menjadi penjaminnya.

Winding up petition adalah cara di mana kreditur yang belum dibayar dapat mengajukan permohonan ke pengadilan untuk memaksa debitur melikuidasi asetnya untuk pembayaran kembali pinjaman dan biasanya merupakan upaya terakhir setelah jalan lain telah habis.

Ini adalah pertama kalinya petisi penutupan terkait utang luar negeri diajukan terhadap pengembang China daratan atau anak perusahaannya.

"Perusahaan akan mencari nasihat hukum untuk melindungi hak dan kepentingan hukumnya dan mengambil semua tindakan yang diperlukan termasuk mempertahankan dialog konstruktif dengan pemohon untuk mengatasi masalah ini," kata Fantasia dalam pengajuan ke bursa saham Hong Kong, dikutip dari South China Morning Post. "Pengumuman lebih lanjut akan dibuat oleh Perusahaan sebagaimana mestinya."

Dalam keterbukaan informasi tersebut tidak disebutkan nama-nama kreditur yang mengajukan permohonan.

"Kasus ini akan memicu kekhawatiran tentang nasib pengembang," kata Wang Feng, ketua perusahaan jasa keuangan yang berbasis di Shanghai, Ye Lang Capital. "Lebih penting lagi, ini adalah tanda baru bahwa investor internasional semakin khawatir tentang kualitas aset dan prospek bisnis pengembang China daratan."

Fantasia, pembangun proyek perumahan kelas atas dan apartemen mewah di kota-kota China daratan seperti Beijing dan Wuhan, didirikan pada tahun 1996 oleh Zeng Jie, keponakan mantan wakil presiden CHina Zeng Qinghong.

Awal bulan lalu, setelah sebelumnya berkali-kali rating-nya diturunkan oleh Fitch, akhirnya perusahaan resmi distempel 'RD' (Restricted Default) oleh FItch setelah gagal melunasi senior notesnya sebesar US$ 206 juta atau setara dengan Rp 2,94 triliun yang jatuh tempo pada 4 Oktober 2021.

Fantasia adalah salah satu dari setidaknya enam pengembang China yang berjuang dengan hutang besar yang telah mengalami gagal bayar (default) atau meminta investor untuk menunggu lebih lama untuk pembayaran.

Perusahaan juga bergulat dengan penurunan tajam dalam penjualan. Pekan lalu, dikatakan penjualan kontrak perumahan untuk Oktober turun 62% dari tahun lalu di 2,11 miliar yuan.

Pada 30 Juni, ia memiliki kewajiban jangka pendek - yang harus dilunasi dalam waktu satu tahun - hampir 50 miliar yuan, termasuk 8,5 miliar yuan dalam pinjaman dan hampir 11 miliar yuan dalam catatan dan obligasi senior.

Krisis utang yang melanda pengembang China dimulai pada awal Oktober ketika China Evergrande Group, pembangun rumah paling berhutang di dunia dengan kewajiban US$ 300 miliar berjuang untuk menghindari default pada sebagian besar utang luar negerinya.

Beijing telah memperketat aturan pada leverage (pembiayaan bisnis dari utang) untuk mengendalikan risiko keuangan sejak tahun lalu dan memberikan pukulan berat bagi sektor properti yang merupakan pilar utama ekonomi negara yang menyumbang sekitar seperlima dari produk domestik bruto.

Terbaru, Fantasia Holdings menangguhkan sementara (suspensi) perdagangan saham perusahaan pada hari Senin (29/11) menunggu rilis informasi. Pada hari Kamis, pengembang mengatakan petisi penutupan diajukan terhadap unit yang terkait dengan pinjaman yang belum dibayar.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Habis Evergrande, 'Raksasa' China Ini Gagal Bayar Obligasi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular