IHSG Jeblok 2% Lebih, Rupiah Terpuruk ke Rp 14.300/US$
Jakarta, CNBC Indonesia - Memburuknya sentimen pelaku pasar membuat rupiah terpuruk pada perdagangan Jumat (26/11). Dengan demikian, rupiah sepanjang pekan ini tidak pernah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS).
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah tipis saja 0,04% ke Rp 14.270/US$. Tetapi setelahnya rupiah jeblok hingga 0,42% ke Rp 14.325/US$. Pada pukul 12:00 WIB, rupiah berada di Rp 14.340/US$ melemah 0,53%.
Posisi rupiah sedikit membaik pada penutupan perdagangan, berada di Rp 14.300/US$ atau melemah 0,25% di pasar spot.
Memburuknya sentimen pelaku pasar terlihat dari bursa saham Asia yang nyungsep pagi ini, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga kembali ke zona merah. Indeks Nikkei Jepang dan Hang Seng Hong Kong merosot masing-masing lebih dari 2%. Sementara IHGS juga jeblok lebih dari 2%.
Penyebabnya, lonjakan kasus penyakit akibat virus corona di Eropa serta munculnya varian baru yang menjadi perhatian Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organizations/WHO).
Varian baru virus corona B.1.1.529 ditemukan di Afrika Selatan, yang dikatakan mengandung beberapa mutasi yang terkait dengan peningkatan resistensi antibodi. Ini diyakini ilmuwan dapat mengurangi efektivitas vaksin.
Sementara itu, WHO sendiri mengatakan tengah meminta pertemuan darurat untuk memantau varian itu. Ini penting di tengah makin melonjaknya kasus Covid-19 di Eropa dan dunia yang memasuki musim liburan akhir tahun. Beberapa negara di Eropa juga sudah mengumumkan lockdown akibat lonjakan kasus yang dialami.
Munculnya varian baru tersebut membuat Inggris mengumumkan akan melarang kembali penerbangan dari enam negara Afrika. Hal ini berlaku mulai Jumat ini.
"Badan Keamanan Kesehatan Inggris sedang menyelidiki varian baru," kata Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid dalam sebuah tweet yang mengumumkan pembatasan perjalanan.
Sebagai mata uang emerging market, rupiah tidak diuntungkan ketika sentimen pelaku pasar memburuk.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> The Fed Diprediksi Menaikkan Suku Bunga di Juni 2022
(pap/pap)