Wah.. Ada yang Curi Kesempatan dari Anjloknya Harga Emas Nih!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 November 2021 06:24
Gold bars and coins are stacked in the safe deposit boxes room of the Pro Aurum gold house in Munich, Germany,  August 14, 2019. REUTERS/Michael Dalder
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia masih belum mampu bangkit pada perdagangan Kamis (26/11) kemarin setelah merosot dalam 5 hari beruntun. Tekanan bagi emas masih datang dari kemungkinan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang akan mempercepat normalisasi kebijakan moneternya.

Melansir data Refinitiv, emas mengakhiri perdagangan Kamis di US$ 1.788,45/troy ons, turun sangat tipis bahkan nyaris stagnan dari hari sebelumnya. Dengan demikian, dalam 6 hari perdagangan terakhir emas sudah jeblok 4,2%.

xau

Saat harga emas sedang merosot, tetapi Daniel Briesemann analis komoditas di Commerzbank, mengatakan adanya aliran investasi yang besar masuk ke pasar emas. Artinya, para pelaku pasar menjadikan jebloknya harga emas sebagai kesempatan untuk berinvestasi.

"Menariknya, investor ETF (Exchange Trade Fund), menjadikan penurunan emas beberapa hari terakhir untuk menambah kepemilikannya. Sejak Jumat pekan lalu, ETF emas yang dilacak Bloomberg mengalami inflow sebesar 16 ton, dan paling besar masuk ke SPDR Gold Trust," kata Briesemann, sebagaimana dilansir Kitco, Kamis (25/11).

Harga emas dalam 2 hari terakhir mampu lebih stabil setelah mengalami panik jual pada Senin dan Selasa lalu.

"Emas dilanda aksi jual panic dalam 48 jam terakhir dan itu terjadi karena kenaikan yield Treasury. Ketika yield semakin tinggi, emas menjadi terpuruk," kata Philip Streible, analis dari Blue Line Futures di Chicago, sebagaimana diwartakan CNBC International, Selasa (23/11).

Pasar Amerika Serikat libur Thanks Giving Kamis sehingga pasar belum bisa melihat kemana arah yield Treasury. Tetapi, emas sepertinya sudah mulai stabil, sebab saat inflasi di Amerika Serikat kembali menunjukkan peningkatan emas tidak mengalami aksi jual lagu.

Bahkan rilis notula rapat kebijakan moneter The Fed juga menunjukkan banyak anggota dewan siap untuk mempercepat normalisasi jika inflasi terus tinggi, emas melemah tipis saja.

Pasca rilis rilis data inflasi dan notula tersebut, pelaku pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 80% The Fed akan menaikkan suku bunga di bulan Juni 2022, lebih cepat dari sebelumnya semester II-2022.

fedwatchFoto: CME Group

Hal tersebut terlihat dari perangkat FedWatch milik CME Group, dimana ada probabilitas sebesar 19,5% saja The Fed mempertahankan suku bunga di 0% - 0,25%. Sementara probabilitas menaikkan suku bunga lebih dari 80%, yang dibagi menjadi beberapa basis poin kenaikan.

Untuk kenaikan 25 basis poin (0,25%) menjadi 0,25% - 0,5% probabilitasnya paling tinggi, yakni sebesar 43,4%. Kemudian kenaikan 50 basis poin peluangnya sebesar 30%.

Suku bunga merupakan salah satu "musuh" utama emas, ketika suku bunga di AS naik maka daya tarik emas sebagai aset tanpa imbal hasil akan menurun. Selain itu, opportunity cost berinvestasi emas juga akan mengalami peningkatan. Namun emas masih mampu stabil dalam dua hari terakhir, apakah ini menjadi pertanda baik?

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Emas Diprediksi Ambrol, Bakal Ada Outflow Mengerikan!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular