Jeblok 4,5%, Kurs Dolar Australia di Level Terendah 1 Tahun
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia naik tipis melawan rupiah pada perdagangan Kamis (25/11), tetapi masih berada di dekat level terendah dalam 1 tahun terakhir yang disentuh kemarin. Dolar Australia sedang tertekan melawan rupiah sejak awal bulan ini, penurunannya pun cukup tajam.
Pada pukul 12:48 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.270,12, dolar Australia naik 0,13% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Kemarin, Mata Uang Negeri Kanguru ini menyentuh Rp 10.256,47/AU$ yang merupakan level terendah sejak 19 November 2020. Dari 2 November lalu, saat dolar Australia mula merosot, hingga ke level terendah satu tahun kemarin, dolar Australia sudah ambrol sekitar 4,5%.
Penyebab terpuruknya dolar Australia yakni bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA) yang mengesampingkan kemungkinan kenaikan suku bunga di tahun depan.
Pada 2 November lalu ketika RBA mengumumkan menghentikan program yield curve control (YCC), yang mempertahankan imbal hasil (yield) obligasi tenor 3 tahun di kisaran 0,1%.
Kebijakan tersebut ditanggapi sebagai sinyal kenaikan suku bunga tahun depan. Tetapi RBA membantah hal tersebut.
"Data dan proyeksi terbaru tidak menjamin kenaikan suku bunga di tahun 2022. Dewan gubernur masih bersabar," kata Gubernur RBA Philip Lowe, saat pengumuman kebijakan moneter, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (2/11).
Dalam acara Australian Business Economists Webinar pekan lalu Lowe kembali menegaskan pernyataannya yang membuat dolar Australia jeblok, yakni tidak akan menaikkan suku bunga di tahun depan.
"Saya ingin mengulangi apa yang saya katakan dua pekan lalu, yakni, data dan proyeksi terbaru tidak menjamin kenaikan suku bunga di 2022," kata Lowe sebagaimana dilansir ABC News, Selasa (16/11)
Lowe mengatakan para anggota dewan RBA masih bersabar, bahkan ada kemungkinan suku bunga tidak dinaikkan hingga 2024.
"Masih sangat mungkin kenaikan suku bunga pertama tidak akan terjadi sebelum 2024" tambahnya.
Saat RBA mengesampingkan peluang kenaikan suku bunga di tahun depan, Fitch Solutions justru memperkirakan Bank Indonesia (BI) justru diperkirakan akan menaikkan suku bunga dua kali di 2022 menjadi 4%.
"Kami percaya bahwa tekanan eksternal, terutama dengan berlanjutnya penguatan dolar AS, akan menguji sikap dovish BI pada tahun 2022," kata Fitch Solutions dalam risetnya.
Dengan perbedaan outlook kebijakan moneter tersebut, selisih yield antara Australia dan Indonesia akan melebar yang memberikan keuntungan bagi rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)