Powell Effect Serang Tembaga, Harga Jadi Loyo

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Selasa, 23/11/2021 14:35 WIB
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga turun pada akibat dolar AS yang menyentuh level tertinggi 16 bulan membuat logam menjadi lebih mahal. Selain itu, pasar tembaga dilaporkan surplus pada bulan Agustus ikut menekan laju tembaga.

Pada Selasa (23/11/2021) pukul 13:41 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 9677,75 /ton, turun 0,5% dibandingkan harga penutupan perdagangan kemarin.


Sumber: Investing.com

Dolar AS naik tajam menyusul Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang kembali menominasikan Jerome Powell sebagai bos bank sentral Federal Reserve. Dengan berlanjutnya Powell memimpin The Fed, outlook kenaikan suku bunga di semester kedua 2022 masih tetap bahkan bisa lebih cepat lagi.

Saat ini (23/11/2021) posisi dolar AS berada di US$ 96,54, level tertinggi sejak 16 bulan lalu. Dolar AS tinggi membuat logam yang diperdagangkan dengan greenback lebih mahal dibanding mata uang lain.

Sementara itu, berdasarkan International Copper Study Group (ICSG) dalam buletin bulanan terbarunya, pasar tembaga olahan dunia menunjukkan surplus 52.000 ton pada Agustus 2021. Jumlah tersebut naik dibandingkan defisit 39.000 ton pada Juli.

Untuk Januari sampai Agustus tahun ini, pasar mengalami defisit 107.000 ton dibandingkan dengan defisit 97.000 ton pada periode yang sama tahun sebelumnya, kata ICSG.

Produksi tembaga olahan dunia pada bulan Agustus 2021 tercatat 2,09 juta ton. Sementara itu, tingkat konsumsi mencapai 2,04 juta ton.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Beda Arah "Jurus" Bank Sentral Dunia Atasi Ketidakpastian Dunia