
Kena Profit Taking, IHSG Rawan Ambruk di Sesi 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan sesi I hari Selasa (23/11/2021) dengan koreksi 0,62% ke level 6.681,43.
Indeks keluar dari level psikologis 6.700 dan bergerak di rentang 6.676,75 - 6.732,90 sepanjang perdagangan intraday.
Nilai transaksi mencapai Rp 7,71 triliun dan asing net buy sebesar Rp 32,97 miliar di pasar reguler. Di saat IHSG terkoreksi terpantau ada 188 saham menguat, 314 melemah dan 157 stagnan.
Saham-saham bank kakap cenderung berakhir dengan koreksi sementara saham-saham batu bara ditutup dengan apresiasi.
Wall Street kembali ditutup kurang bergairah semalam. Indeks S&P 500 melemah 0,32%. Hanya Indeks Dow Jones yang rebound, itupun penguatannya tipis sebesar 0,05%. Saham-saham teknologi yang sebelumnya hijau harus jatuh ke zona pesakitan.
Sebelumnya, pasar keuangan AS juga menanti apakah ketua bank sentral The Federal Reserves yakni Jerome Powell dinominasikan kembali untuk memimpin otoritas moneter paling powerful di dunia tersebut oleh Presiden Joe Biden.
Selanjutnya Powell dan Brainard harus mendapat restu terlebih dahulu dari Senat yang saat ini dikuasai oleh Partai Demokrat (partainya Joe Biden). Meskipun saat ini suara Senat AS masih terpecah sehingga membuat risiko ketidakpastian tetap membayangi pasar.
Dari dalam negeri rilis data uang beredar (M2) menunjukkan adanya pertumbuhan 10,4% year on year pada Oktober 2021, lebih tinggi daripada bulan sebelumnya 8,2% yoy.
Namun indeks yang sudah tembus all time high kemarin membuat pasar saham domestik menjadi rawan terkoreksi. Setelah ambles di sesi I, bagaimana arah gerak IHSG sesi II? Berikut analisis teknikalnya.
Analisis Teknikal
![]() Teknikal |
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Jika melihat posisi penutupan IHSG, maka indeks harus melewati level resisten terdekatnya di 6.723 untuk membentuk tren bullish.
Sementara itu indeks harus melewati level support terdekatnya di level psikologis 6.676 untuk mengalami tren bearish.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 49,06 dan cenderung bergerak turun. Secara umum peluang indeks untuk lanjut terkoreksi di sesi II masih ada apalagi setelah menyentuh level tertinggi all time high baru yang dapat memicu adanya aksi profit taking.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham