
Akhir Tahun Antrian IPO di BEI, Padat Merayap

Jakarta, CNBC Indonesia - Jelang akhir tahun banyak perusahaan yang bakal mencatatkan sahamnya secara perdana di pasar modal domestik. Setidaknya di sisa bulan November ini ada 14 perusahaan yang sedang dalam proses melantai di bursa, 12 di antaranya di tahap bookbuilding dan 2 sudah dalam penawaran umum.
Berdasarkan penelusuran CNBC Indonesia melalui platform e-ipo, kebanyakan berasal dari sektor Consumer Non-Cyclicals sebanyak 5 perusahaan, disusul oleh sektor basic materials dan consumer cyclicals masing-masing dua perusahaan.
Sisanya adalah perusahaan yang bergerak di sektor energi, industri, properti dan real estat, teknologi hingga transportasi dan logistik.
Total nilai proceeds dari proses penawaran umum 14 perusahaan tersebut ditaksir mencapai Rp 11,3 triliun hingga Rp 14,5 triliun. Tentu saja ini adalah target dana yang sangat fantastis.
Dua perusahaan yang sedang dalam penawaran umum adalah PT Caturkada Depo Bangunan Tbk (DEPO) yang menargetkan perolehan dana sebesar Rp 494 miliar dan PT Perma Plasindo Tbk (BINO) yang menargetkan capaian dana sebesar Rp 60 miliar.
Sementara itu 12 perusahaan lain masih dalam tahap bookbuilding. Namun dari ke-12 perusahaan ini, ada 4 perusahaan yang cukup menyita perhatian investor dan publik. Selain karena target dana yang diraup besar (> Rp 1 triliun) beberapa di antaranya memiliki produk yang tak asing lagi.
Pertama adalah PT Avia Avian Tbk (AVIA) yang memproduksi dan menjual cat bangunan dengan merek Avian. Rentang harga bookbuilding yang ditawarkan oleh perseroan sebesar Rp 780 - Rp 930 per saham.
Perusahaan bakal melepas 6,2 miliar saham atau setara dengan 10,01% dari total saham yang dicatatkan. Artinya total dana yang ditargetkan mencapai Rp 4,84 triliun - Rp 5,77 triliun.
Selain produsen cat Avian, salah satu produsen produk olahan susu fermentasi dengan brand Cimory yaitu PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) juga dalam tahap bookbuilding. Rentang harga yang ditawarkan di kisaran Rp 2.780 - Rp 3.160 per saham.
CMRY bakal melepas 1,19 miliar saham atau setara dengan 15% dari total saham yang dicatatkan. Artinya potensi dana yang diperoleh dari proses IPO ini mencapai Rp 3,31 triliun - Rp 3,76 triliun.
Kemudian yang ketiga adalah induk dari PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU) yang sudah melantai di bursa awal Februari tahun ini. Adalah PT Widodo Makmur Perkasa Tbk (WMPP) yang bakal melepas 8,3 miliar saham dengan harga bookbuilding di Rp 160 - Rp 220.
Dengan melepas sebanyak 25% kepemilikan dari total saham tercatat tersebut WMPP berpeluang meraup dana segar sebesar Rp 1,33 triliun - Rp 1,83 triliun.
Terakhir yang juga menyita perhatian khalayak ramai adalah anak usaha BUMN Karya yaitu PT Adhi Commuter Property Tbk (ADCP) yang bakal melepas 8 miliar saham atau setara dengan 28,6% saham dari total saham outstanding dengan harga bookbuilding di Rp 130 - Rp 200 per saham. Total dana segar yang ditargetkan mencapai Rp 1 triliun - Rp 1,6 triliun.
Dari keempat perusahaan itu saja target perolehan dana mencapai Rp 10 triliun - Rp 13 triliun. Itu berarti sisanya memiliki nilai proceeds yang terbilang kecil.
Nama Perusahaan | Ticker | Sektor | Status | Harga (Rp Unit) | Jumlah Saham (Juta) | Proceeds (Rp Miliar) |
PT OBM Drilchem Tbk | OBMD | Basic Materials | Book Building | 150-180 | 182 | 27-33 |
PT Avia Avian Tbk | AVIA | Basic Materials | Book Building | 780-930 | 6,200 | 4836-5766 |
PT Dharma Polimetal Tbk | DRMA | Consumer Cyclicals | Book Building | 500-620 | 706 | 353-434 |
PT Widodo Makmur Perkasa Tbk | WMPP | Consumer Non-Cyclicals | Book Building | 160-220 | 8,333 | 1333-1833 |
PT Indo Pureco Pratama Tbk | IPPE | Consumer Non-Cyclicals | Book Building | 100-110 | 1,000 | 100-110 |
PT Wahana Inti Makmur Tbk | NASI | Consumer Non-Cyclicals | Book Building | 140-160 | 200 | 28-32 |
PT Cisarua Mountain Dairy Tbk | CMRY | Consumer Non-Cyclicals | Book Building | 2780-3160 | 1,190 | 3309-3761 |
PT Jaya Swarasa Agung Tbk | TAYS | Consumer Non-Cyclicals | Book Building | 336-360 | 240 | 81-86 |
PT RMK Energy Tbk | RMKE | Energy | Book Building | 160-230 | 875 | 140-201 |
PT Adhi Commuter Property Tbk | ADCP | Properties & Real Estate | Book Building | 130-200 | 8,011 | 1041-1602 |
PT Wira Global Solusi Tbk | WGSH | Technology | Book Building | 125-140 | 208 | 26-29 |
PT Bintang Samudera Mandiri Lines Tbk | BSML | Transportation & Logistics | Book Building | 100-150 | 370 | 37-56 |
PT Caturkada Depo Bangunan Tbk | DEPO | Consumer Cyclicals | Penawaran Umum | 482 | 1,024 | 494 |
PT Perma Plasindo Tbk | BINO | Industrials | Penawaran Umum | 138 | 435 | 60 |
Momentum pasar yang kondusif serta prospek ekonomi yang cerah di tahun depan tak mau dilewatkan oleh para pelaku usaha untuk melakukan ekspansi bisnis. Salah satu jalan untuk memperoleh pendanaan adalah melalui pasar modal dengan skema IPO.
Namun sebagai investor ada hal yang perlu dicermati selain prospek ekonomi yang positif dan pasar yang kondusif, yakni kemampuan pasar untung menyerap IPO jumbo tersebut. Perlu diingat sebelum ke-14 perusahaan tersebut resmi menyandang status perusahaan publik, sudah ada perusahaan yang menyedot likuiditas pasar lewat IPO di bulan November ini.
Perusahaan tersebut adalah salah satu anak usaha BUMN telekomunikasi yakni PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau yang lebih dikenal sebagai Mitratel. Sebanyak 22,9 miliar saham MTEL atau setara 27,63% saham outstanding ditawarkan di harga Rp 800/saham. Ini berarti IPO MTEL sudah menyedot likuiditas di pasar sebesar Rp 18,34 triliun.
Bahkan di tahun depan beberapa perusahaan startup unicorn dan decacorn seperti GoTo, Traveloka hingga SiCepat yang juga memiliki valuasi besar. Oleh sebab itu kemampuan pasar untuk menggelontorkan dana agar penawaran saham perdana terserap maksimal juga harus diperhatikan bagi mereka investor yang ingin membeli saham-saham lewat skema IPO.
Tentu saja perusahaan-perusahaan tersebut akan berlomba untuk mendapatkan suntikan dana segar tersebut. Sehingga sudah menjadi tugas investor untuk memilah-milah mana perusahaan yang benar-benar prospektif yang dipilih sehingga tidak memberikan kekecewaan nantinya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham