
Cuekin Asing Cabut, IHSG Cetak Rekor Tertinggi Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kinerja yang ciamik selama sepekan ini. Indeks saham acuan nasional itu berhasil menembus level 6.700 atau tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH), melampaui torehan pada Kamis (11/11) pekan lalu.
Penguatan IHSG sepanjang pekan diwarnai baik sentimen positif dan negatif yang datang dari dalam maupun luar negeri hingga keluarnya dana asing dari bursa Tanah Air.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG menguat 1,04% ke posisi 6.720,26 per penutupan Jumat (19/11/2021). Angka ini melewati rekor ATH sebelumnya, pada Kamis (11/11) ketika IHSG ditutup di 6.691,34.
Sebelum pada November ini, rekor tertinggi sepanjang masa tersebut sudah lama tidak dipecahkan, yakni sejak 19 Februari 2018 saat IHSG ditutup di 6.689,29.
Nilai transaksi selama sepekan tercatat sebesar Rp 66,28 triliun dengan volume perdagangan 130,24 miliar saham. Kendati IHSG naik, investor asing tercatat melakukan jual bersih Rp 325,25 miliar di pasar reguler dan jual bersih Rp 2,09 triliun di pasar negosiasi dan pasar tunai.
Sebanyak 10 dari 11 indeks sektoral (IDX-IC) berhasil menguat sepanjang pekan. Indeks transportasi (IDXTRANS) menjadi yang paling melonjak, yakni mencapai 5,07%, jauh melampaui yang lain.
Sementara, indeks sektor properti (IDXPROPERT) menjadi satu-satunya indeks sektoral yang melorot, yakni sebesar 0,26%.
Mengawali pekan dengan ditutup memerah (-0,53%) pada Senin (15/11), IHSG sukses menghijau selama 3 hari selama seminggu ini, termasuk lonjakan 1,26% pada Jumat (19/11) yang sukses membawa IHSG ke level tertinggi baru.
Sejumlah sentimen negatif IHSG berasal dari luar negeri, mulai dari kenaikan kasus Covid-19 di Eropa seperti Jerman hingga sentimen seputar inflasi di Amerika Serikat (AS) dan China.
Di sisi lain, ada sejumlah kabar baik untuk indeks saham nasional selama seminggu ini.
Pertama, soal data neraca dagang RI yang kembali surplus dalam 18 bulan beruntun.
Badan Pusat Statistik (BPS), melaporkan ekspor Indonesia pada Oktober 2021 mencapai US$ 22,03 miliar, naik 53,35% YoY dan 6,89% dibandingkan bulan sebelumnya.
Realisasi ini juga membawa ekspor Indonesia kembali menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Sementara impor dilaporkan mencapai US$ 16,29 miliar, naik 51,06% YoY.
Dengan nilai ekspor dan impor tersebut, surplus neraca perdagangan Indonesia pada bulan Oktober sebesar US$ 5,74 miliar. Surplus tersebut menjadi rekor tertinggi sepanjang masa, melampaui rekor sebelumnya US$ 4,74 miliar yang tercatat pada Agustus lalu.
Kedua, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7 day reverse repo rate di 3,5% untuk kali kesembilan sepanjang tahun ini.
Dengan inflasi yang rendah dan nilai tukar rupiah yang cenderung stabil meski The Fed sudah melakukan tapering, maka tekanan bagi BI untuk menaikkan suku bunga bisa dikatakan nihil.
Ketiga, Pada Jumat, BI merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang menunjukkan transaksi berjalan Indonesia mencetak surplus yang jumbo.
BI melaporkan NPI membukukan surplus sebesar US$ 10,7 miliar pada kuartal III-2021. Jauh membaik ketimbang kuartal sebelumnya yang defisit US$ 0,4 miliar.
"Kinerja NPI tersebut ditopang oleh transaksi berjalan yang mencatat surplus, berbalik dari triwulan sebelumnya yang tercatat defisit, serta surplus transaksi modal dan finansial yang makin meningkat," sebut keterangan tertulis BI, Jumat (19/11/2021).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham