InvesTime

Diramal Kiamat, Begini Prospek Harga Batu Bara di 2022

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
Jumat, 19/11/2021 17:20 WIB
Foto: Bongkar muat batu bara di China. (REUTERS/ALY SONG)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara mengalami tekanan berat akhir-akhir ini. Kenaikan harga yang sudah terjadi dari awal tahun membuat komoditas ini rentan untuk mengalami koreksi.Belum lagi China juga sedang berupaya menekan harga batu bara dengan meningkatkan produksinya.

Lantas Bagaimana Prospeknya?

Analis RHB Sekuritas Fauzan Luthfi Jamal, mengatakan meski banyak tekanan permintaan batu bara masih meningkat secara global. Dari datanya permintaan batu bara berada kisaran 1 miliar ton, sampai akhir tahun berada pada 1,2 miliar ton.


"Saat ini masih dalam masa transisi penggunaan batu bara masih ditopang untuk kebutuhan listrik, untuk emerging market seperti India dan China. Menurut saya masih secure 20-30 tahun kedepan," katanya dalam Investime CNBC Indonesia, Jumat (19/11/2021).

Namun koreksi harga dipastikan terjadi pada tahun depan, tepatnya pada kuartal kedua. Fauzan menjelaskan harga akan tertekan paling tidak mencapai 20%-25% dengan rata-rata US$ 100 per ton.

Selain itu ada dari sentimen tekanan terhadap perbaikan lingkungan dari barat juga akan semakin menekan emas hitam. Namun hal ini belum berdampak signifikan karena pemenuhan energi listrik dari pembangkit konvensional masih besar.

"Masih ada shifting di China dan India, karena baru recover darikrisis energi. Peningkatan demand batubara terjadi di kawasan South East Asia dan negara Asean. Kalo boleh kutip dari expert demand batubara masih secure hingga 2040," jelasnya.

Untuk diketahui produksi batu bara harian China juga sudah mencapai rekor 12,05 juta ton pada 10 November kemarin, naik 120 ribu ton dari puncak sebelumnya. Hal ini karena penambang mematuhi perintah pemerintah pusat untuk meningkatkan produksi dalam upaya menurunkan harga batu bara.

Stok batubara termal di pembangkit listrik utama mencapai 123 juta ton, cukup untuk penggunaan selama 21 hari, jata Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional pada hari Kamis.

Produsen dan konsumen batu bara terbesar di dunia tersebut menghasilkan 357,09 juta ton pada bulan Oktober, naik 6,88% dari September, menurut data dari Biro Statistik Nasional.

Jumlah tersebut merupakan yang tertinggi sejak Maret 2015. Jumlah produksi selama 10 bulan pertama tahun 2021 sebesar 3,3 miliar ton, naik 4% (year-on-year/yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu.


(emy/emy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Alasan Produsen Batu Bara Ramai-Ramai Incar Bisnis LNG & EBT