Serius Garap Bank Digital, 2 Taipan Ini Rela Suntik Modal

Feri Sandria, CNBC Indonesia
19 November 2021 08:50
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021).  Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan seluruh pemilik bank mini alias bank dengan modal inti (tier 1) di bawah Rp 2 triliun telah berkomitmen untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan otoritas untuk memenuhi modal minimum Rp 2 triliun hingga akhir tahun ini.

Akhir 2021 ini memang OJK mengharuskan bank untuk memiliki modal minimal Rp 2 triliun jika tak mau turun kasta menjadi BPR alias Bank Perkreditan Rakyat.

Untuk tahun depan, modal minimal mencapai Rp 3 triliun sebagaimana termaktub dalam Peraturan OJK (POJK) Nomor 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum.

Kondisi tersebut membuat sejumlah bank mini yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) berbondong-bondong bakal melangsungkan penambahan modal.

Penambahan modal itu bisa dengan konsolidasi dalam bentuk investor strategis (private placement) hingga penambahan modal lewat penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMTED) atau rights issue pada kuartal keempat tahun ini.

Berdasarkan data BEI, sampai dengan 4 Oktober 2021, terdapat 40 emiten yang berada di dalam pipeline bursa untuk melaksanakan rights issue dengan total dana yang diperkirakan akan diperoleh melalui right issue sebesar Rp 18,91 triliun.

Dari 40 perusahaan tersebut, terdapat 15 perusahaan di sektor finansial dengan perincian 6 perusahaan menyelenggarakan rights issue dengan target perolehan dana di atas Rp 1 triliun dan ada 9 perusahaan dengan target perolehan dana rights issue di bawah Rp 1 triliun.

Anton Hermansyah, Senior Investment Information and Technical Analyst PT Korea Investment and Sekuritas Indonesia mencatat saat ini setidaknya ada 20 bank yang berada dalam daftar yang wajib memenuhi modal inti minimal Rp 2 triliun. Bila semua bank tersebut harus memenuhi modal inti Rp 3 triliun maka harus ada tambahan dana Rp 27 triliun ke pasar.

Anthoni Salim

PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA)sudah mendapat komitmen dari Salim Grup untuk menyerap rights issue dengan target sebesar Rp 1,24 triliun untuk meningkatkan modal inti perseroan.

BINA berencana menggalang dana lewat rights issue dan menargetkan meraup dana segar Rp 1,24 Triliun. Menurut Dirut Bank Ina Perdana, Daniel Budirahayu saat ini persiapan rights issue tengah dilaksanakan dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dana atas kewajiban yang ditetapkan oleh OJK.

Mengutip prospektus BINA, bank ini bakal melepas 282,72 juta saham atau  setara 4,76% dari modal ditempatkan disetor penuh. Dus, BINA bakal meraup dana Rp 1,24 triliun dari rights issue.

Jika rights issue ini berhasil terlaksana, Anthony Salim, selaku ultimate shareholder berpeluang menambah porsi kepemilikan sahamnya pada Bank Ina.

Selain untuk memenuhi ketentuan modal inti bank yang diharuskan mencapai Rp 2 triliun pada tahun ini, BINA juga berencana melakukan pengembangan layanan digital.

Seperti diketahui, Anthoni Salim, melalui PT Indolife Pensiontama selaku pengendali saham perseroan menyatakan kesiapannya untuk menambah porsi saham BINA.

"PT Indolife Pensiontama sebagai pemegang saham Pengendali telah menyatakan akan melak sanakan HMETD yang menjadi haknya dalam PUT III."

Chairul Tanjung

Bank dengan layanan digital PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI), yang dikendalikan pengusaha nasional Chairul Tanjung lewat PT Mega Corpora, sudah menetapkan harga pelaksanaan aksi korporasi Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) III atau rights issue.

Berdasarkan prospektus yang dipublikasikan di situs resmi perusahaan, Allo Bank akan menerbitkan saham baru sebanyak 10.047.322.871 (10,04 miliar) saham biasa atas nama atau sebesar 46,24% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah PMHMETD III dengan nilai nominal Rp100 per saham.

Harga pelaksanaan ditetapkan sebesar Rp 478 per saham sehingga jumlah dana yang akan diterima dalam PMHMETD III ini sebesar Rp 4.802.620.332.338 (Rp 4,8 triliun).

Berdasarkan surat pernyataan tanggal 19 Oktober 2021, PT Mega Corpora selaku pemegang saham utama perseroan dengan kepemilikan 90% telah menyatakan hanya akan mengambil bagian dan melaksanakan sebagian dari HMETD yang menjadi haknya sebanyak 2.712.777.020 (2,71 miliar saham) atau sekitar 30% dari seluruh HMETD yang menjadi haknya.

Mega Corpora akan mengalihkan HMETD sisanya kepada beberapa investor strategis dalam rangka pemenuhan ketentuan Pasal 21 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.9/POJK.04/2018 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka.

Hanya saja belum diungkapkan secara detail siapa calon investor strategis yang akan masuk menjadi pemegang saham bank eks Bank Harda ini.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular