Kuat Menahan "Amukan" Dolar AS, Rupiah Melemah Tipis Saja

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 November 2021 15:41
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo Saat Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan September 2021. (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo Saat Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan September 2021. (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Sementara itu gubernur BI, Perry Warjiyo dan kolega mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) mulai hari ini hingga besok.

Sejak pandemi penyakit virus corona (Covid-19) melanda, BI sudah memangkas suku bunga sebesar 150 basis poin menjadi 3,5% yang merupakan rekor terendah dalam sejarah.

Hasil polling Reuters menunjukkan BI diperkirakan akan menahan suku bunga, dan baru akan menaikkan sebesar 25 basis poin pada akhir tahun 2022.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia juga memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate tetap bertahan di 3,5.

Dengan inflasi yang rendah dan nilai tukar rupiah yang cenderung stabil meski The Fed sudah melakukan tapering, maka tekanan bagi BI untuk menaikkan suku bunga bisa dikatakan nihil.

Suku bunga rendah masih diperlukan untuk membantu perekonomian Indonesia bangkit lagi setelah melambat di kuartal III-2021 lalu.

Namun, jika melihat ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed sebanyak 3 kali, maka selisih yield akan menyempit, dan berisiko memicu capital outflow dari dalam pasar obligasi di dalam negeri, dan bisa menekan rupiah.

Hal tersebut sudah terlihat di bulan ini, capital outflow di pasar obligasi.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, terjadi capital outflow dari pasar obligasi sebesar Rp 23 triliun pada periode 1 - 11 November.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular