Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Victoria International Tbk (BVIC) bakal melaksanakan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD/private placement) jelang akhir tahun nanti. Dari aksi korporasi ini, perusahaan menargetkan untuk bisa mendapatkan dana Rp 121,13 miliar.
Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan perusahaan, PT Victoria Investama Tbk (VICO) akan bertindak sebagai investor strategis yang akan menyerap saham perusahaan.
Saat ini memang VICO sudah memiliki saham Bank Victoria sebesar 43,59%.
Dalam keterbukaan informasi, bank ini dimiliki secara langsung dan tidak langsung oleh Suzanna Tanojo. Ia merupakan salah satu anak dari keluarga Tanojo.
Suzanna memiliki 21,72% saham bank ini secara langsung, selain itu dia juga memegang saham mayoritas di Victoria Investama, yang merupakan pemegang saham pengendali Bank Victoria.
Untuk diketahui, Suzanna Tanojo merupakan pengendali dari Group Usaha Victoria yang terdiri dari sektor perbankan, perbankan syariah, sekuritas, asset management, asuransi kerugian dan asuransi jiwa.
Berdasarkan penelusuran di sejumlah sumber, Suzanna adalah anak dari Wakijo Tanojo hasil perkawinan dengan Christine Tanoyo (Liauw Tjiauw Hwie) salah satu pendiri Wings Group, salah satu konglomerasi consumer goods asal Surabaya. Suzzana punya dua orang saudara yaitu Hendrik Tanojo dan Luciana Tanojo
Lalu, bagaimana jejak Wings di Indonesia?
Berdasarkan sejumlah sumber, Grup Wings didirikan pada 1948 di Surabaya oleh Johannes Ferdinand katuari dan Harjo Sutanto, bersama dengan Wakijo Tanojo.
Mulanya, perusahan ini bergerak di industri rumahan dengan produk sabun cuci merek Wings Soap. Kemudian, pada 1971, Wings memproduksi sabun deterjen dengan brand EKONOMI yang kemudian menjadi andalan perusahaan.
Selang 3 tahun kemudian, Wings membuka kantor pemasaran di Jakarta. Kemudian, pada 1976, pabrik PT Sayap Mas Utama didirikan, yang memproduksi sabun dan wadah plastiknya.
Kemudian sejak 2004, Wings dipimpin oleh Eddy William katuari, yang merupakan putra dari Johannes.
Eddy Wiliam adalah pelopor Wings untuk masuk ke industri makanan pada 1999, dengan produk andalan Mie Sedap yang mulai dipasarkan sejak 2003.
Saat ini, Eddy berada di jajaran petinggi Grup Wings bersama dua saudaranya, Teddy Jeffrey Katuari dan Freddy Ignatius Katuari.
Adapun anak Eddy, Grace L. Katuari menikah dengan anak bos Grup Djarum R. Budi Hartono, Martin B. Hartono.
Sementara, menurut Forbes, putri Harjo Sutanto, Fifi Sutanto, menjalankan Ecogreen, anak perusahaan oleokimia Grup Wings. Kemudian, Putranya, Hanny Sutanto memiliki usaha patungan dengan grup Djarum untuk perkebunan tebu yang diharapkan mulai berproduksi pada 2021.
Pada 2008, Eddy William berada di urutan ke-8 orang terkaya di Tanah Air versi Globe Asia dengan kekayaan US$ 1,21 miliar. Kemudian selang 2 tahun kemudian, majalah Forbes menempatkan William di posisi ke-12 orang terkaya di Indonesia.
Lalu, Eddy Katuari dan keluarga menempati urutan orang paling tajir ke-31 dengan kekayaan US$ 1 miliar pada akhir 2020. Sementara, Harjo Sutanto berada di urutan ke-48 dengan total kekayaan US$ 530 juta.
Perusahaan telah memperluas jangkauan portofolio produknya melalui joint venture dengan Lion Japan, Glico Japan dan Calbee Japan.
Lion Wings memproduksi berbagai produk dengan berbagai merek seperti Mie Sedap, Ciptadent, Kodomo, Super Sol, Emeron, Serasoft, Zinc, Giv, Daia, Mama Lemon dan Top Coffee.
Sementara, Glico Wings memproduksi berbagai es krim dengan merek Haku, Waku Waku, Frost Bite dan J-Cone, sedangkan Calbee Wings memproduksi berbagai makanan ringan dengan merek Potabee, Krisbee dan Japota.
Selain itu, Wings juga memegang lisensi waralaba Indonesia untuk peritel Jepang FamilyMart.
Hingga saat ini, Grup Wings sudah berkembang menjadi lebih dari 20 perusahaan. Grup Wings juga merambah industri perbankan. Menurut catatan Detikcom, Grup Wings mengendalikan PT Bank Ekonomi Raharja Tbk.
Bank Ekonomi Raharja melantai di bursa pada 2008 sebelum akhirnya delisting sukarela pada 2015 setelah memutuskan untuk go private lantaran mayoritas saham dimiliki oleh HSBC Asia Pacific Holdings (UK) Limited.
Kala itu, sesaat setelah melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO), komposisi kepemilikan saham Bank Ekonomi adalah Hendrik Tanojo (2,21%), Teddy Jeffrey Katuari (3,78%), Hanny Sutanto (4,01%), Finney Henry Katuari (2,45%), PT Lumbung Artakencana yang merupakan kendaraan investasi Grup Wings (38,84%), PT Alas Pusaka (38,60%) dan publik (10,11%).
Melansir Detikcom, pada Oktober 2008, HSBC mengumumkan akuisisi 88,89% saham Bank Ekonomi senilai US$ 607,5 juta (Rp 5,953 triliun) atau setara Rp 2.452 per saham.
Kemudian, pada seiring dengan bertambahnya kepemilikan HSBC hingga lebih dari 98%, Bank Ekonomi kemudian berubah nama menjadi PT. Bank HSBC Indonesia pada Oktober 2016.
Selepas memiliki Bank Ekonomi, Grup Wings juga memiliki bank lain, yakni PT Bank Multiarta Sentosa Tbk (MASB) atau Bank Mas yang melantai di bursa pada Juni 2021. Menurut prospektus IPO Bank Mas, perseroan menjadi bagian dari Grup Wings menjelang akhir 2013, di mana pada akhir tahun 2013 pemegang saham melakukan setoran modal sebesar Rp 900 miliar.
PT Lumbung Artakencana sebagai pengendali Perseroan secara tidak langsung melalui PT Danabina Sentana dan PT Multi Anekadana Sakti. Adapun, dalam Keluarga Katuari yang diwakili oleh Eddy William Katuari dan Keluarga Sutanto yang diwakili oleh Hanny Sutanto sebagai pemegang saham pengendali terakhir Bank Mas.
Induk Bank Mas adalah PT Danabina Sentana yang merupakan pemegang saham mayoritas perusahaan. Sementara, pemegang saham mayoritas PT Danabina adalah PT Lumbung Artakencana, yang merupakan pemegang saham pengendali terakhir yang tergabung dalam Grup Wings.
Setelah penawaran umum saham perdana, PT Danabina Sentana menguasai sebesar 59,50% saham Bank Mas. Kemudian, PT Multi Anekadana Sakti sebesar 21,25%, PT Halim Sakti sebesar 4,25%, pemegang saham publik sebesar 15,00%.
Tidak seperti Eddy William dan Harjo Sutanto, rekam jejak Wakijo Tanojo sangat minim ditemukan di internet. Kebanyakan informasi mengenai Wakijo Tanojo sebagai salah satu pendiri Group Wings, selain dari beberapa media arus utama, bersumber dari sejumlah tulisan di beberapa blog.
Dari sedikit informasi yang tersedia, keluarga Tanojo juga tercatat memiliki bisnis di industri kimia, lewat perusahaan PT Sulfindo Adiusaha. Melansir Reuters, Sulfindo dikendalikan oleh Grup Victoria, yang dimiliki oleh keluarga Tanojo yang juga memiliki Bank Victoria dan broker saham Victoria Securities.
Dalam laporan keuangan Bank Victoria per kuartal III 2021, Sulfindo Adiusaha dikategorikan sebagai pihak berelasi, lantaran dimiliki oleh pemegang saham utama.
TIM RISET CNBC INDONESIA