Kapitalisasi Pasar Rp 100 T

Kapitalisasi Pasar BCA-Astra Melonjak Rp 9 T, Emtek Terdepak!

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
15 November 2021 12:42
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Meskipun IHSG terlihat positif dan berhasil mencetak ATH baru, tetapi sentimen pasar pada pekan lalu lebih cenderung negatif, di mana data inflasi China dan Amerika Serikat (AS) yang dirilis di hari yang sama yakni Rabu (10/11/2021) lalu sempat membuat pelaku pasar global khawatir dan cenderung melepas saham yang dimiliknya.

Sebelumnya, Indeks harga konsumen (IHK) AS dilaporkan melesat 6,2% secara tahunan (year-on-year/yoy), atau lebih panas dari estimasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 5,9%.

Angka itu juga menjadi yang tertinggi sejak tahun 1990. Secara bulanan (month-on-month/mom), IHK melompat 0,9% atau di atas estimasi yang sebesar 0,6%.

Pada Selasa (9/11/2021) malam waktu Indonesia, indeks harga produsen (producer price index/PPI) dilaporkan naik 0,6% secara bulanan, atau sesuai ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones. Namun, indeks harga grosir per Oktober melesat 8,6% secara tahunan, menjadi rekor tertinggi dalam 11 tahun terakhir.

"Kisah buruk inflasi masih membayangi dan perlu diatasi. Kami menilai investor akan melihat inflasi melandai dalam beberapa bulan setelah The Fed [Federal Reserve] mempertahankan kebijakan akomodatif," tutur Brent Schutte, Direktur Investasi Northwestern Mutual Wealth Management Company, kepada CNBC International.

Kenaikan IHK dan PPI AS membuat imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS (Treasury) melonjak hingga sekitar 12 basis poin (bp) ke level 1,5% pada perdagangan Rabu pekan lalu waktu AS, dari sebelumnya di level 1,4%.

Kenaikan imbal hasil mengindikasikan koreksi harga karena aksi jual investor. Inflasi tinggi menggerogoti keuntungan dari kupon obligasi.

Ketika yield Treasury melonjak, investor cenderung melepas saham, utamanya saham teknologi yang sedang meninggi. Mereka juga mencari investasi alternatif lainnya yang dianggap sebagai aset lindung nilai (hedging), seperti emas dan bitcoin.

Selain dari AS, pasar juga mengkhawatirkan akan inflasi terbaru di China, di mana pada Rabu pekan lalu, inflasi periode Oktober dari sektor konsumen (IHK) dan sektor produsen (PPI) telah dirilis dan menunjukan kenaikan cukup signifikan.

Pemerintah China melaporkan IHK naik 1,5% secara tahunan (yoy) di bulan Oktober, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 0,7% yoy serta dibandingkan hasil polling Reuters terhadap para ekonom yang memprediksi 1,4% yoy.

Sedangkan PPI China juga meroket 13,5% yoy, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 10,7% yoy. PPI di bulan Oktober tersebut menjadi yang tertinggi dalam lebih dari 26 tahun terakhir.

Ketika inflasi di produsen tinggi, maka ada risiko IHK juga akan melesat dalam beberapa bulan ke depan. Sebab, produsen kemungkinan besar akan menaikkan harga jual produknya.

Investor juga mengkhawatirkan dari risiko stagflasi yang menyerang Negeri Panda. Stagflasi adalah fenomena ekonomi di mana harga naik (inflasi tinggi), tetapi aktivitas bisnis mengalami stagnasi, yang menyebabkan tingginya pengangguran dan berkurangnya daya beli konsumen.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular