
Rupiah Joss! Dolar Singapura Turun ke Bawah Rp 10.500

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura kembali melemah melawan rupiah pada perdagangan Jumat (12/11), hingga ke bawah Rp 10.500/SG$. Jika gagal bangkit hingga akhir perdagangan nanti, maka dolar Singapura akan membukukan pelemahan 5 hari beruntun. Artinya, menjadi pekan yang sempurna untuk rupiah.
Pada pukul 10:43 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.497,79, dolar Singapura melemah 0,28% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Dengan pelemahan tersebut, dolar Singapura sepanjang pekan ini sudah melemah lebih dari 1%, tren penguatan sejak pertengahan Oktober lalu mulai berbalik.
Sebelumnya dolar Singapura terus mendominasi rupiah setelah Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) mengejutkan pasar dengan mengetatkan kebijakan moneternya.
Pada 14 Oktober lalu MAS menaikkan kemiringan (slope) S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate) dari sebelumnya di dekat 0%. Sementara lebar (width) dan titik tengah (centre) masih tetap.
Kemudian, salah satu pejabat MAS, Ravi Menon, mengatakan otoritas saat ini sedang mengamati tanda-tanda inflasi semakin meningkat dan siap untuk bertindak guna meredamnya.
"Secara keseluruhan, saya akan mengatakan risiko yang dihadapi perekonomian saat ini beralih ke inflasi. Kami akan mengamati dengan seksama risiko inflasi yang semakin tinggi, dan kami siap untuk bertindak," kata Menon dalam wawancara dengan Bloomberg TV, sebagaimana diwartakan The Straits Times, Selasa (2/11).
Akhirnya dolar Singapura terus menanjak hingga menyentuh level tertinggi dalam 2 bulan terakhir, sebelum akhirnya berbalik di pekan ini.
Sentimen pelaku pasar yang membaik, terlihat dari penguatan bursa saham Asia, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat memecahkan rekor tertinggi lagi pagi ini, membuat rupiah perkasa lagi.
Rupiah sebagai mata uang emerging market dengan imbal hasil tinggi akan menjadi lebih menarik ketika sentimen pelaku pasar membaik.
Membaiknya sentimen pelaku pasar terjadi setelah meredanya kecemasan akan ambruknya sektor properti di China. Sebelumnya kasus gagal bayar yang dialami beberapa perusahaan properti China memicu kecemasan akan berdampak meluas.
Namun, di pekan ini Raksasa properti Evergrande Group dilaporkan mulai membayar kupon kepada beberapa pemegang obligasinya. Hal tersebut meredakan kecemasan dan di pasar dan membuat sentimen membaik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!
