Analisis Teknikal

Euforia IHSG Pecah Rekor cuma Sesaat! Awas Longsor di Sesi 2

Putra, CNBC Indonesia
11 November 2021 12:15
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah sempat menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya balik arah di penutupan sesi I.

Data BEI mencatat, IHSG ditutup melemah tipis 0,04% ke level 6.680,6 hingga sesi I perdagangan Kamis (11/11/2021) berakhir. Indeks bergerak di rentang terendahnya 6.671,23 dan tertingginya di 6.704,46 pada perdagangan intraday.

Data perdagangan mencatat sebanyak 221 saham menguat, 269 saham melemah dan 172 saham stagnan. Nilai transaksi mencapai Rp 5,99 triliun dan asing net buy di pasar reguler sebesar hampir Rp 200 miliar.

Sejatinya sentiment hari ini sedang kurang bagus. Semalam Wall Street ditutup di zona merah setelah rilis data inflasi. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,66% ke level 36.079,94, S&P 500 merosot 0,82% ke posisi 4.646,71, dan Nasdaq Composite ambruk 1,66% menjadi 15.622,71.

Indeks harga konsumen (IHK) AS dilaporkan melesat 6,2% secara tahunan (year-on-year/yoy), atau lebih panas dari estimasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 5,9%.

Angka itu juga menjadi yang tertinggi sejak tahun 1990. Secara bulanan (month-on-month/mom), IHK melompat 0,9% atau di atas estimasi yang sebesar 0,6%.

Selain dari AS, pasar juga mengkhawatirkan akan inflasi terbarudi China, di mana pada perdagangan kemarin inflasi periode Oktober dari sektor konsumen (IHK) dan sektor produsen (PPI) telah dirilis dan menunjukan kenaikan cukup signifikan.

Pemerintah China melaporkan IHK naik 1,5% secara tahunan (year-on-year/YoY) di bulan Oktober, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 0,7% YoY serta dibandingkan hasil pollingReutersterhadap para ekonom yang memprediksi 1,4% YoY.

Sedangkan PPI China juga meroket 13,5% YoY, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 10,7%. PPI di bulan Oktober tersebut menjadi yang tertinggi dalam lebih dari 26 tahun terakhir.

Selain dari inflasi, kenaikan IHSG yang sudah lebih dari 1% sepanjang minggu ini juga membatasi IHSG untuk naik lebih lanjut. Bahkan ada momentum para trader mulai merealisasikan cuannya alias profit taking.

Setelah melemah tipis 0,04% di sesi I, bagaimana arah pergerakan IHSG di sesi II? Berikut ulasan teknikalnya. '

Analisis Teknikal

TeknikalFoto: Putra
Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).

Jika melihat posisi penutupan IHSG, maka indeks harus melewati level resisten terdekatnya di 6.696 untuk membentuk tren bullish.

Sementara itu indeks harus melewati level support terdekatnya di level psikologis 6.657 untuk mengalami tren bearish.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 68,55 dan sudah sangat mepet dengan level overbought. Dengan adanya peluang profit taking dan indeks yang berada di dekat level jenuh beli membuat IHSG rentan terkoreksi lebih dalam di sesi II.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular