Lagi Ringkih, Waspada Dolar Australia Bisa Jeblok

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Senin, 08/11/2021 15:25 WIB
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)

Jakarta, CNBC Indonesia - Semenjak pengumuman kebijakan moneter bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA), kurs dolar Australia cenderung melemah melawan rupiah. Pada perdagangan hari ini, Senin (8/11), Mata Uang Negeri Kanguru bahkan turun cukup dalam, dan banyak analis melihat posisinya saat ini sedang ringkih.

Pada pukul 14:24 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.550,13/AU$, dolar Australia merosot 0,5% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Pada Selasa pekan lalu, RBA mengumumkan menghentikan program yield curve control (YCC), yang mempertahankan imbal hasil (yield) obligasi tenor 3 tahun di kisaran 0,1%.


Kebijakan tersebut ditanggapi sebagai sinyal kenaikan suku bunga tahun depan. Tetapi RBA membatah hal tersebut.

"Data dan proyeksi terbaru tidak menjamin kenaikan suku bunga di tahun 2022. Dewan gubernur masih bersabar," kata Gubernur RBA Philip Lowe, saat pengumuman kebijakan moneter, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (2/11).

Pasca pengumuman tersebut, yield obligasi tenor 3 tahun turun 30 basis poin pada pekan lalu, menjadi penurunan paling besar sejak tahun 2012. Penurunan yield tersebut menjadi indikasi pelaku pasar memundurkan ekspektasi kenaikan suku bunganya. Alhasil, dolar Australia terus tertekan.

"Kami memperkirakan dolar Australia masih akan tertekan, selain itu ada kemungkinan pasar memundurkan ekspektasi kenaikan suku bunga RBA lebih lanjut," kata Kim Mundy, analis mata uang di Commonwealth Bank of Australia, Senin (8/11) sebagaimana dilansir Bloomberg.

Jika itu terjadi maka dolar Australia akan menjadi ringkih. Apalagi, analis dari Wetpac Banking Corp. mengatakan kenaikan harga komoditas yang sebelumnya mendorong kenaikan dolar Australia kini sudah mulai meredup.

Selain itu, data dari Commodity Futures Trading Commission (CFTC) menunjukkan posisi jual dolar (short) Australia berada di rekor tertinggi tahun ini, sehingga risiko merosot semakin besar.

Posisi dolar Australia dikatakan semakin berisiko terpuruk jika data tenaga kerja dan upah nantinya terbukti lebih lemah dari perkiraan.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor