
Awal Pekan, Kurs Dolar Singapura Merosot ke Rp 10.555/SG$

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura akhirnya merosot melawan rupiah pada perdagangan Senin (8/11) setelah terus menanjak pertengahan Oktober lalu. Kenaikan tajam tersebut memicu aksi ambil untung (profit taking), apalagi rupiah cukup bertenaga hari ini.
Pada Pukul 13:44 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.555,56, dolar Singapura melemah 0,47% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sepanjang pekan lalu, Mata Uang Negeri Merlion ini menguat lebih dari 1%, sementara sejak 15 Oktober lalu sebesar 1,64%.
Kenaikan tersebut dipicu pengetatan moneter yang dilakukan Monetary Authority of Singapore (MAS).
Pada 14 Oktober lalu MAS menaikkan kemiringan (slope) S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate) dari sebelumnya di dekat 0%. Sementara lebar (width) dan titik tengah (centre) masih tetap.
Slope berfungsi membuat penguatan/penurunan dolar Singapura lebih cepat/lambat. Ketika slope dinaikkan, maka dolar Singapura bisa menguat lebih cepat, begitu juga sebaliknya.
Selain itu, pada pekan lalu satu pejabat MAS, Ravi Menon, mengatakan otoritas saat ini sedang mengamati tanda-tanda inflasi semakin meningkat dan siap untuk bertindak guna meredamnya.
"Secara keseluruhan, saya akan mengatakan risiko yang dihadapi perekonomian saat ini beralih ke inflasi. Kami akan mengamati dengan seksama risiko inflasi yang semakin tinggi, dan kami siap untuk bertindak," kata Menon dalam wawancara dengan Bloomberg TV, sebagaimana diwartakan The Straits Times, Selasa (2/11).
Selain itu, rupiah yang tertekan akibat tapering bank sentral Amerika Serikat (AS) pada pekan lalu juga memuluskan dolar Singapura menguat. Tetapi, setelah tekanan tersebut mereda, rupiah kembali perkasa.
Harapan akan bangkitnya perekonomian Indonesia di kuartal IV-2021 menopang penguatan rupiah. Tanda-tanda bangkitnya perekonomian terlihat dari ekspansi sektor manufaktur.
IHS Markit pada Senin pekan lalu melaporkan aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) di Indonesia pada Oktober 2021 adalah 57,2. Melesat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 52,2. Angka indeks tersebut menjadi catatan tertinggi sepanjang sejarah.
Sektor manufaktur Indonesia berkontribusi sekitar 20% terhadap produk domestik bruto (PDB). Sehingga ekspansi yang meningkat tajam bisa mendorong pertumbuhan ekonomi yang melambat di kuartal III-2021.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!
