Analisis Teknikal

Yuk Bisa Yuk! Doakan IHSG Mau Cetak Rekor di Sesi 2

Putra, CNBC Indonesia
08 November 2021 12:43
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021).  Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,70% ke level 6.627,58 di sesi I perdagangan awal pekan ini, Senin (8/11/2021).

Di sepanjang sesi I, IHSG konsisten bergerak di zona hijau. Indeks dibuka di menguat lebih dari 0,2% ke level 6.599,41. Selama perdagangan intraday, indeks bergerak di level terendah 6.592,06 dan level tertingginya di 6.637,01.

Sebanyak 269 saham terpantau menguat, 224 melemah dan 174 stagnan. Nilai transaksi mencapai Rp 6,31 triliun. Asing juga terpantau memborong saham RI sebesar Rp 291,96 miliar di pasar reguler.

Secara sektoral indeks keuangan dan energi menjadi pendorong apresiasi IHSG hari ini setelah berhasil menguat lebih dari 1,5%.

Dari pasar komoditas, harga energi seperti minyak, batu bara dan gas alam naik cukup signifikan di akhir perdagangan minggu lalu. Penyebabnya masih sama, kecemasan investor akan supply and demand gap di pasar yang belum mereda.

Dalam jangka pendek, kenaikan harga komoditas terutama batu bara yang melesat 10% lebih sepekan dapat membuat harga saham-saham emiten tambang batu hitam dalam negeri mendapatkan tenaga untuk menguat.

Meskipun ketakutan akan inflasi dan bahkan stagflasi masih menghantui pasar, harga saham dan obligasi pemerintah AS masih lanjut naik. Di akhir perdagangan Jumat (5/11), tiga indeks saham Paman Sam kompak menguat lebih dari 0,2%.

Sementara itu yield obligasi pemerintahnya drop 7 bps ke level 1,45%. Sebagai informasi penurunan yield mengindikasikan bahwa harga mengalami kenaikan. Kenaikan harga aset keuangan AS terbukti menjadi katalis positif untuk aset finansial dalam negeri.

Setelah menguat 0,70% di sesi I, bagaimana prospek IHSG di sesi II? Berikut ulasan teknikalnya.

Analisis Teknikal

TeknikalFoto: Putra
Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).

Jika melihat posisi penutupan IHSG, maka indeks harus melewati level resisten terdekatnya di 6.693 yang merupakan level tertinggi sepanjang sejarah IHSG untuk membentuk tren bullish.

Sementara itu indeks harus melewati level support terdekatnya di level psikologis 6.581 untuk mengalami tren bearish.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 64,73 dan bergerak naik mendekati level jenuh beli (overbought). Peluang IHSG untuk lanjut menguat di sesi II juga didukung dengan indikator Moving Average Convergence Divergence (MACD) di mana histogram di teritori positifnya mengalami kenaikan.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular