Praha di Saham CPO, Ambles Berjamaah karena Hal Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) cenderung melemah pada awal perdagangan hari ini, Senin (8/11/2021). Sentimen negatif untuk saham emiten CPO adalah soal harga CPO yang tercatat anjlok nyaris 3% sepanjang minggu lalu.
Berikut pergerakan sejumlah saham CPO, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.27 WIB.
Jaya Agra Wattie (JAWA), saham -1,69%, ke Rp 175/saham
Eagle High Plantation (BWPT), -1,10%, ke Rp 90/saham
Bakrie Sumatera Plantations (UNSP), -0,89%, ke Rp 111/saham
Provident Agro (PALM), -0,89%, ke Rp 446/saham
Salim Ivomas Pratama (SIMP), -0,81%, ke Rp 492/saham
PP London Sumatra Indonesia (LSIP), -0,70%, ke Rp 1.410/saham
Astra Agro Lestari (AALI), -0,69%, ke Rp 10.800/saham
Sawit Sumbermas Sarana (SSMS), -0,43%, ke Rp 1.150/saham
Mengacu pada di atas, saham JAWA menjadi yang paling terkoreksi, yakni 1,69% ke Rp 175/saham, melanjutkan pelemahan 1,66% pada Jumat minggu lalu.
Dalam sepekan, saham JAWA ambles 7,45%, sedangkan dalam sebulan melesat 47,46%.
Kemudian, ada saham emiten BUMN Malaysia Felda dan Grup Rajawali BWPT yang turun 1,10% ke Rp 90/saham, usai melemah 1,90% pada Jumat pekan lalu. Dalam seminggu saham BWPT stagnan, sedangkan dalam sebulan terakhir melorot 9,18%.
Ketiga, saham Grup Bakrie UNSP yang tergerus 0,89% ke Rp 111/saham. Pada Jumat minggu sebelumnya, saham UNSP juga ditutup turun 0,88%.
Kendati melemah pagi ini, dalam sepekan saham UNSP masih naik 2,78%, berkat reli kenaikan 3 hari beruntun pada 2-4 Oktober pekan lalu. Namun, dalam sebulan saham UNSP ambles 10,48%.
Keempat, saham milik Provident Capital dan Grup Saratoga PALM juga melemah 0,89% ke Rp 446/saham. Dengan ini, saham PALM sudah melemah selama 6 hari beruntun.
Praktis, dalam seminggu saham ini anjlok 6,69% dan dalam sebulan merosot 13,40%.
Tren penurunan harga minyak dunia berdampak pada amblesnya harga minyak sawit mentah. Harga CPO tercatat drop nyaris 3% minggu lalu.
Pada Jumat (5/11/2021), harga kontrak berjangka CPO di Bursa Malaysia Derivatif Exchange ditutup di MYR 4.880/ton. Sebelumnya harga CPO sempat tembus MYR 5.000/ton.
Harga minyak mentah juga ambles lebih dari 2% minggu ini setelah AS berencana untuk melakukan segala cara guna menjaga harga bahan bakar tetap terjangkau. Salah satunya adalah dengan mengambil cadangan minyak strategisnya.
Harga minyak mentah dan CPO cenderung memiliki korelasi positif. Hal ini disebabkan karena CPO juga menjadi bahan baku pembuatan biodiesel yang menjadi pengganti bahan bakar fosil.
Di sisi lain, pasar juga mengantisipasi akan adanya potensi kenaikan stok CPO Malaysia di akhir Oktober lalu. Stok akhir bulan lalu diproyeksikan naik 3,4% ke level 1,81 juta ton berdasarkan poling yang dihimpun Reuters.
Produksi diperkirakan turun 0,69% ke level 1,69 juta ton seiring dengan berakhirnya puncak produksi musiman.
Bagaimanapun juga penurunan produksi yang terjadi masih lebih rendah dari tren historisnya. Beberapa hal yang mempengaruhi penurunan produksi antara lain kurangnya tenaga kerja, faktor usia tanaman akibat lambatnya aktivitas replanting dan penggunaan pupuk yang lebih rendah.
Meskipun produksi diperkirakan turun, tetapi penurunan ekspor yang tajam membuat stok naik. Ekspor minyak sawit Malaysia berpotensi turun 11,7% ke level 1,41 juta ton di bulan Oktober.
Penurunan ekspor terjadi seiring dengan pengiriman ke India dan Uni Eropa yang lebih rendah. Ivy Ng Kepala Penelitian Perkebunan di CGS-CIMB dalam laporannya menuturkan bahwa penurunan ekspor disebabkan salah satunya oleh kenaikan harga.
Hanya saja, harga tetap resisten untuk turun ke level sebelum pandemi karena memang masalah disrupsi rantai pasok masih menghantui pasar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)