Roundup

Grup Emtek Caplok Bank Fama, Waskita Siap Jual Semua Ruas Tol

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
Senin, 08/11/2021 08:45 WIB
Foto: bank Fama (ist)

Jakarta, CNBC Indonesia - Akhir pekan lalu, bursa saham domestik berakhir di teritori negatif meskipun pelaku pasar asing melakukan pembelian bersih di atas Rp 1 triliun.

Data BEI mencatat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi 0,07% ke level 6.581,78 poin dengan nilai transaksi Rp 12,30 triliun. Sejak awal tahun, IHSG sudah menguat 10,08% dengan pembelian bersih pelaku pasar asing senilai Rp 41,10 triliun.

Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai transaksi pada perdagangan Senin ini (8/11/2021):


1.Erick Thohir Angkat Arya Kuntadi Jadi Komisaris PGAS Solution

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengangkat Ketua Bidang Perhubungan dan BUMN Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Arya Anugrah Pratama Kuntadi sebagai komisaris PT PGAS Solution. Pengangkatan itu diinformasikan melalui akun media sosial Instagram resmi PGAS Solution yang dikutip CNBC Indonesia, Sabtu (6/11/2021).

Sebagai catatan, PGAS Solution merupakan bagian dari PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), subholding gas PT Pertamina (Persero).

Saat dikonfirmasi CNBC Indonesia, Arya mengonfirmasi kebenaran informasi di media sosial tersebut. "Pengangkatannya tanggal 6 Oktober sesuai SK, tetapi kemarin formalnya dalam rapat BOD & BOC tanggal 4 November," katanya.

2. Siapa Keluarga Tajir Jual Bank Fama Rp 908 M?

Grup Emtek melalui anak usahanya, PT Elang Media Visitama (EMV), berencana mengakuisisi 93% saham PT Bank Fama International. EMV akan membeli sebanyak 9.089.503.800 lembar saham Bank Fama dengan nilai nominal Rp 100 per saham atau setara Rp 908,95 miliar.

Saham yang akan dibeli EMV terdiri dari 4.428.701.427 saham yang dimiliki oleh Junus Jen Suherman, sebanyak 1.704.285.876 saham dimiliki Edi Susanto, 1.704.285.876 saham dimiliki Dewi Janti. Ada juga 1.252.230.621 saham dimiliki PT Surya Putra Mandiri Sejahtera.

Mengacu situs perusahaan, Junus Jen Suherman adalah Komisaris Utama Bank Fama International. Junus menyelesaikan pendidikan Perguruan Tinggi di California, AS jurusan Business Administration tahun 1981.

Sejak tahun 1987 sampai dengan tahun 2005 menjadi Presiden Direktur di PT Famatex dan PT Bandung Sakura Textile Mills (BSTM). Dan, sejak tahun 1993 sampai sekarang menjabat Komisaris Utama Bank Fama International.

Kemudian, Edi Susanto adalah direktur bisnis perusahaan. Edi menyelesaikan pendidikan SLTA di Bandung tahun 1968. Sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 1993 bekerja di Pabrik Tenun "Sinar" menjabat sebagai Asisten Direktur dan Direktur.

3.Matahari Departement Store Buyback Saham Rp 500 M

Emiten ritel Grup Lippo, PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF) berencana melakukan pembelian kembali saham (buyback) tambahan yang telah dikeluarkan oleh perseroan dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau disebut Pembelian Kembali Saham II 2021.

Pada aksi buyback kedua ini, manajemen LPPF menyatakan buyback dilakukan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam sejumlah regulasi, UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, SEOJK No. 3/SEOJK.04/2020 tentang Kondisi Lain sebagai Kondisi Pasar yang Berfluktuasi secara Signifikan, dan POJK No. 2/POJK.04/2013 tentang Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan.

Pembelian kembali saham II akan dilaksanakan paling lama 3 bulan terhitung sejak tanggal keterbukaan informasi ini, yaitu paling lambat sampai tanggal 4 Februari 2022.

4.Medco Berhasil Raup Rp 5,7 T dari Obligasi, Uangnya Buat Apa?

PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) mengumumkan berhasil menerbitkan obligasi 144A/Reg senilai US$ 400 juta atau sekitar Rp 5,7 triliun (asumsi kurs Rp 14.300 per US$) dengan tenor tujuh tahun dengan kupon 6,95%.

Afirmasi peringkat kredit perseroan dengan peringkat B+ dari Fitch, B+ dari S&P dan B1 dari Moodys. Dalam keterangan resmi hari ini, Jumat (05/11/2021), perseroan menyebut akan menggunakan dana bersih dari obligasi untuk membiayai kembali utang dan/atau untuk mendukung agenda pertumbuhan perseroan.

Perseroan baru saja mempublikasikan Strategi Perubahan Iklim dengan tujuan untuk mencapai net zero untuk emisi scope 1 dan scope 2 di 2050 dan scope 3 di 2060. Strategi Perubahan Iklim ini memperkuat komitmen berkelanjutan kami terhadap tujuan jangka panjang.

5.Harga IPO Mitratel Rp 800/saham, Bakal Raup Dana Rp 20,43 T

Harga penawaran saham PT Dayamitra Telekomunikasi alias Mitratel telah ditetapkan di Rp 800/saham. Penetapan ini setelah dilakukan penawaran awal (book building) yang pada 26 Oktober-4 November 2021 lalu.

Melansir Bloomberg, harga tersebut hampir mencapai harga terbawah dari harga yang ditawarkan yakni di kisaran Rp 775-Rp 975/saham. Hal ini disampaikan sumber yang mengetahui mengenai hal tersebut.

Dengan demikian, dengan melepas 25.540.000.000 saham atau sebanyak-banyaknya 29,85% dari modal yang ditempatkan dan disetor perusahaan setelah penawaran umum, maka perusahaan akan mendapatkan dana senilai Rp 20,43 triliun.

6.PLTU Mau Dipensiunkan, Emiten Sandiaga Siapkan Strategi Ini

Pemerintah secara bertahap akan mulai memensiunkan penggunaan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang bersumber dari energi batu bara secara bertahap.

Pemerintah berkomitmen menurunkan emisi karbon sebanyak 29% pada 2030 dengan usaha sendiri dan 41% dengan bantuan internasional. Serta menuju emisi nol bersih (Net Zero Emission/NZE) paling lambat pada 2060.

Menyikapi hal ini, salah satu emiten pertambangan batu bara, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mendukung komitmen pemerintah terkait energi bersih tersebut.

Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Tbk (ADRO), Febriati Nadira menyampaikan, perseroan sudah beradaptasi dengan isu mengenai perubahan iklim dan menunjukkan komitmennya dalam menjalankan rencana dan program keberlanjutan dengan tetap menjalankan peran sebagai penyedia sumber energi bagi pembangunan.

7.Terlilit Utang Rp 54 T, Waskita Siap Jual Semua Ruas Tol

Emiten BUMN karya, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) menegaskan akan mendivestasikan seluruh aset jalan tolnya hingga 2025 mendatang.

Rencana divestasi ini karena pembangunan jalan tol menimbulkan beban utang yang besar bagi perusahaan. Utang yang ditimbulkan oleh investasi jalan tol ini setidaknya mencapai Rp 53 triliun-Rp 54 triliun.

Direktur Utama Waskita Karya, Destiawan Soewardjono, mengatakan divestasi ini menjadi langkah perusahaan untuk dekonsolidasi beban utang yang tinggi ini.

"Intinya Waskita terbebani pinjaman investasi jalan tol, jadi dalam gambar kami ruas tol itu harus dilepas untuk kembalikan pinjaman tersebut. Dalam rencana kami memang demikian untuk bisa mengurangi atau selesaikan beban itu, ini yang dalam proses perjalanannya akan kita lihat tapi harapannya terus divestasi," kata Destiawan dalam konferensi pers, Kamis pekan lalu (4/11/2021).


(tas/tas)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat