
Asing Borong Saham KLBF-BMRI, Ambil Untung di BBRI-ADRO

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup menghijau pada perdagangan Kamis (4/11/2021), menyusul optimisme bahwa kebijakan pengereman likuiditas pasar di Amerika Serikat (AS) akan berjalan mulus.
Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup menguat 0,52% ke level 6.586,44. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG berhasil mempertahankan pergerakannya di zona penguatan tanpa menyentuh zona pelemahan sedikitpun.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi hari ini kembali naik menjadi Rp 11 triliun. Sebanyak 328 saham terapresiasi, 191 saham terdepresiasi dan 154 lainnya flat. Investor asing kembali melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 333 miliar di pasar reguler.
Asing tercatat masih mengoleksi saham emiten farmasi yakni PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dalam jumlah yang cukup besar, yakni mencapai Rp 179 miliar.
Selain masih mengoleksi saham KLBF, asing juga mengoleksi tiga saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) pada hari ini, yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).
Asing juga mengoleksi saham emiten transmisi gas bumi PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dan saham emiten perkebunan sawit dan karet PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP).
Berikut saham-saham yang dikoleksi oleh investor asing pada hari ini.
![]() |
Sedangkan dari penjualan bersih, asing juga melepas tiga saham big cap pada hari ini, yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS).
Selain melepas tiga saham big cap, asing juga melepas saham emiten batu bara PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) serta saham emiten produsen Semen Gresik yakni PT Semen Indonesia Tbk (SMGR).
Adapun saham-saham yang dilepas oleh investor asing pada hari ini adalah:
![]() |
Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) telah resmi mengumumkan tapering (pengurangan pembelian obligasi) pada dini hari tadi waktu Indonesia. Laju injeksi likuiditas telah dikurangi sebesar US$ 15 miliar per bulan. Namun pasar tidak bereaksi negatif seperti pada tahun 2013 silam.
Pasar saham Negeri Paman Sam (Wall Street) justru ditutup menguat semalam. Indeks Dow Jones naik 0,29%, S&P 500 menguat 0,65%, dan Nasdaq Composite memimpin penguatan dengan apresiasi 1,04%.
Kenaikan harga saham di Wall Street menjadi katalis positif bagi IHSG. Di sisi lain pasar juga sudah mengantisipasi adanya tapering.
"Ada beberapa alasan pengetatan kebijakan moneter di AS tidak akan menyebabkan eksodus arus modal asing di negara berkembang seperti 2013. Pertama imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS sekarang malah turun, tidak seperti taper tantrum 2013. Kedua, pelaku pasar punya waktu berbulan-bulan karena The Fed telah melakukan komunikasi sebelumnya.
"Ketiga, ketahanan eksternal negara-negara berkembang sekarang semakin kuat sehingga mampu meredam tekanan. Defisit transaksi berjalan (current account deficit) membaik, demikian pula cadangan devisa. Keempat, kredibilitas bank sentral negara-negara berkembang pun kini lebih kuat," papar riset Citi.
Oleh karena itu, rasanya dampak tapering ke pasar keuangan Asia (termasuk Indonesia) bakal kecil. Risiko koreksi tentu ada, tetapi kemungkinan tidak sampai terjadi aksi jual massal (sell-off).
Secara fundamental, aset-aset keuangan domestik juga ditopang oleh kondisi makro yang lebih favorable seperti volatilitas rupiah yang rendah dan cenderung menguat, CAD rendah dan cadangan devisa tinggi.
Kombinasi hal tersebut membuat harga saham di dalam negeri ikut terkerek naik akibat selera risiko (risk appetite) investor yang tetap terjaga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Lesu Lagi, Asing Borong BBCA-TLKM & Lepas BUKA-ISAT