Saham CPO Anjlok Berjamaah, Ada Gosip Apa sih di Pasar?

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
Jumat, 05/11/2021 18:05 WIB
Foto: Antara Foto/Akbar Tado/via REUTERS

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) kompak ditutup ambles ke zona merah pada perdagangan menjelang akhir pekan, Jumat (5/11/2021). Aksi ambil untung investor tampaknya mewarnai pelemahan saham CPO hari ini.

Selain itu, sentimen negatif untuk saham CPO adalah harga CPO di Bursa Malaysia Derivatives yang tercatat ambles lebih dari 3% hari ini dibandingkan penutupan Kamis (4/11) kemarin.

Berikut pelemahan saham sawit, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), hari ini (5/11).


  1. London Sumatra Indonesia (LSIP), saham -3,73%, ke Rp 1.420/saham

  2. Triputra Agro Persada (TAPG), -2,19%, ke Rp 670/saham

  3. Sampoerna Agro (SGRO), -2,18%, ke Rp 2.240/saham

  4. Jaya Agra Wattie (JAWA), -1,66%, ke Rp 178/saham

  5. Cisadane Sawit Raya (CSRA), -1,52%, ke Rp 390/saham

  6. Tunas Baru Lampung (TBLA), -1,12%, ke Rp 880/saham

  7. Eagle High Plantations (BWPT), -1,09%, ke Rp 91/saham

  8. Bakrie Sumatera Plantations (UNSP), -0,88%, ke Rp 112/saham

  9. Dharma Satya Nusantara (DSNG), -0,85%, ke Rp 585/saham

  10. Salim Ivomas Pratama (SIMP), -0,80%, ke Rp 496/saham

  11. Astra Agro Lestari (AALI), -0,68%, ke Rp 10.875/saham

  12. Mahkota Group (MGRO), -0,68%, ke Rp 735/saham

  13. Provident Agro (PALM), -0,44%, ke Rp 450/saham.

Menurut data di atas, saham emiten Grup Salim LSIP menjadi yang paling melemah di antara yang lainnya, yakni turun 3,73% ke Rp 1.420/saham. Sebelumnya, saham LSIP tercatat mengalami penguatan selama 3 hari beruntun.

Dalam sepekan, saham ini masih naik 1,79% dan dalam sebulan terapresiasi 2,16%.

Selain saham LSIP, saham emiten milik pengusaha TP Rachmat TAPG juga ambles 2,19% ke Rp 670/saham, usai naik 2,24% kemarin.

Saham TAPG masih menguat 3,08% dalam seminggu, kendati ambles 17,28% dalam sebulan.

Hingga akhir September 2021 pendapatan tercatat tumbuh 25% menjadi Rp 4,45 triliun. Sementara, laba TAPG meningkat 186% menjadi Rp 713,16 miliar.

Kemudian, saham Grup Sampoerna SGRO tergerus 2,18% ke Rp 2.240/saham, setelah kemarin saham ini ditutup naik 2,23%. Dalam sepekan saham SGRO naik tipis 0,45% dan dalam sebulan melonjak 14,58%.

Per kuartal III tahun ini, SGRO mampu mencatatkan pendapatan sebesar Rp 3,90 triliun, tumbuh 73% dari pendapatan sembilan bulan pertama tahun lalu sejumlah Rp 2,26 triliun.

Hal tersebut akhirnya mampu mengerek laba bersih perseroan yang tercatat meroket naik 2.768% menjadi Rp 509,66 miliar dari semula hanya sebesar Rp 17,77 miliar.

Adapun, menurut data Refinitiv, pukul 17.06 WIB, kontrak berjangka (futures) CPO di Bursa Malaysia ambles 3,61% ke posisi MYR 4.888/ton. Dalam sepekan, harga CPO turun 2,74%, sedangkan dalam sebulan masih naik 3,16%.

Sejak awal tahun (year to date/ytd) harga futures CPO untuk pengiriman Januari tersebut sudah melambung 35,78%.

Pelemahan harga minyak sawit ini terjadi seiring minyak pesaingnya juga ikut anjlok dan stok minyak sawit per akhir Oktober yang lebih tinggi yang akhirnya turut menekan pasar.

Paramalingam Supramaniam, Direktur broker Pelindung Bestari yang berbasis di Selangor, mengatakan kepada Reuters, Jumat (5/11), harga sawit mengikuti aksi jual di bursa Chicago dan Dalian.

Paramalingam menjelaskan, kewaspadaan akan hujan lebat dan banjir di sebagian Jawa Timur dan Kalimantan di Indonesia, dan hujan deras di Semenanjung Malaysia saat musim hujan dimulai turut memicu kekhawatiran tentang angka produksi sawit per November.

Adapun output sawit Malaysia pada Oktober dipatok turun 0,98% ke level terendah dalam tiga bulan terakhir di 1,69 juta ton, menurut survei Reuters.

Sementara, stok minyak sawit akhir Oktober di produsen terbesar kedua dunia itu dipatok naik 3,4% menjadi 1,81 juta ton, sementara ekspor kemungkinan merosot 11,7% menjadi 1,41 juta ton.

Adapun Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) akan merilis data penawaran dan permintaan Oktober pada 10 November mendatang.

Kontrak soyoil paling aktif di bursa Dalian tercatat turun 3%, sementara kontrak minyak sawit turun 3%. Harga kedelai di Chicago Board of Trade terkoreksi 0,3%, setelah melorot 2% di sesi sebelumnya.

Asal tahu saja, minyak sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Belajar Dari Negeri Jiran, Ini Cara Pabrik Sawit Atasi Masalah