
Jeblok di Kurs Jisdor, Rupiah Menguat Tipis di Pasar Spot

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah mencatat penguatan tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot Jumat (5/11). Namun, di kurs tengah Bank Indonesia (BI) justru melemah tajam.
Melansir data dari Refinitiv, rupiah pada hari ini mampu menguat tipis 0,07% ke Rp 14.225/US$. Dibandingkan mata uang Asia lainnya, kinerja rupiah terbilang lumayan pada perdagangan hari ini. Sebab, beberapa mata uang Asia mengalami pelemahan.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 15:17 WIB.
Sementara itu di kurs tengah BI atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah melemah 0,33% ke Rp 14.374/US$.
Pelemahan di kurs Jidsor cukup tajam, tetapi maklum saja sebab menggambarkan pergerakan rupiah di pasar spot sepanjang hari. Nyaris sepanjang perdagangan rupiah berada di zona merah, di kisaran Rp 14.375/US$, baru beberapa menit sebelum perdagangan berakhir rupiah berbalik menguat.
Selain pengumuman tapering bank sentral AS (The Fed) kemarin, rilis data tenaga kerja AS malam ini juga mempengaruhi sentimen pelaku pasar.
Data tersebut bisa memberikan gambaran seberapa kuat pasar tenaga kerja AS yang merupakan salah satu acuan The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter. Jika data tersebut menunjukkan perbaikan yang signifikan, maka ekspektasi kenaikan suku bunga di tahun depan akan semakin menguat.
Ketua The Fed, Jerome Powell, saat pengumuman kebijakan moneter mengatakan pasar tenaga kerja bisa mencapai "tenaga kerja maksimum" pada pertengahan tahun depan.
Ketika sudah mencapai "tenaga kerja maksimum" maka suku bunga kemungkinan besar akan segera dinaikkan.
Dengan proyeksi tersebut, peluang suku bunga dinaikkan di semester II-2022 cukup besar.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat ada probabilitas sebesar 38% The Fed akan menaikkan suku bunga 25 basis poin menjadi 0,25%-0,5% di bulan September tahun depan. Kemudian ada probabilitas sebesar 32,9% suku bunga akan dinaikkan menjadi 0,5%-0,75% pada bulan Desember 2022.
Sementara dari dalam negeri, Badan pusat Statistik (BPS) pagi ini melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal III-2021 tumbuh 3,51% (year-on-year/yoy), melambat jauh dari kuartal sebelumnya 7.07% yoy.
Rilis tersebut di bawah median proyeksi pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan PDB pada kuartal III-2021 tumbuh 3,61% yoy.
Pengetatan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) akibat gelombang kedua pandemi penyakit virus corona (Covid-19) menjadi pemicu pelambatan ekonomi tersebut.
Sementara itu Cadangan devisa (cadev) Indonesia akhirnya mengalami penurunan setelah mencetak rekor tertinggi sepanjang masa dalam dua bulan beruntun. Bank Indonesia (BI) hari ini melaporkan cadangan devisa pada akhir Oktober turun US$ 1,4 miliar ke US$ 145,5 miliar.
Menurut BI, penurunan posisi cadangan devisa pada Oktober 2021 antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia
